Fotografi hari ini adalah satu bentuk seni visual yang populer dan mudah diterima masyarakat hari ini. Dibantu dengan ketersediaan perangkat visual yang ramah bagi penggunanya, foto tidak lagi dilihat sebagai produk dari sebuah profesi, fotografer.
Disadari atau tidak, visualisasi lewat foto dapat mempengaruhi persepsi manusia atas hal-hal tertentu. Foto bukan hanya menjadi sebuah identitas individu. Lebih jauh, media foto dapat dianggap sebagai identitas kolektif/wilayah.
Dalam pernyataannya dalam seminar “Bisakah Foto Dipercaya?”, Selasa (30/6) di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH) UGM, Kurniadi Widodo mencontohkan bagaimana masyarakat mengidentikkan Afrika dengan kemiskinan dan penyakit, atau Timur Tengah dengan konflik. Padahal menurutnya, persepsi atas wilayah-wilayah tersebut dilatarbelakangi oleh kepentingan tertentu, sedangkan kondisi aslinya lebih kompleks.
Dalam seminar tersebut, turut menghadirkan Staf Pengajar Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran UGM, Bambang Hastha Yoga. Dalam kesempatan tersebut, Yoga mengungkapkan betapa media foto memberikan pengaruh besar bagi kejiwaan seseorang.
Salah satu contoh yang diungkapkan Yoga adalah bagaimana seseorang yang terbiasa melihat foto porno dapat mengalami disfungsi seksual setelah setelah menikah. Menurut Yoga, hal tersebut terjadi karena persepsi orang tersebut telah terbentuk sedemikian rupa lewat media foto yang dikonsumsinya, yang kemudian berbenturan dengan realita yang dihadapinya.
Dibantu oleh media sosial, sebuah foto dapat menyebar dengan cepat dan luas ke khalayak. Namun ada kecenderungan negatif yang dilakukan oleh pengguna media sosial selama ini dalam mempergunakan fitur tersebut.
Wid yang merupakan Direktur Akademis Komunitas Kelas Pagi Yogyakarta (KPY), menganggap bahwa kecenderungan untuk berbagi foto seringkali tidak didahului dengan kebiasaan verifikasi atas kebenaran foto tersebut.
Menurutnya, pengguna media sosial jarang melakukan verifikasi karena proses itu memakan waktu. Di lain pihak, fitur berbagi yang dimiliki media sosial sangat mudah dilakukan.
Penyebaran foto yang belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dapat menyebabkan efek jangka panjang. Padahal, penyebaran foto di sosial media “bisa sangat viral dan tak terkendali,” ujar Wid.
Penulis | : | |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR