Ketika para peneliti melakukan uji coba menaruh lalat jantan dengan bermacam-macam mayat betina—beberapa yang terinfeksi jamur dan beberapa yang tidak—mereka menemukan bahwa jantan lebih sering mencoba kawin dengan mayat yang terinfeksi. Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang berhubungan dengan jamur membuat mayat ini menjadi lebih memikat.
Pada akhirnya, ketika ilmuwan melakukan analisis tanda kimia yang dihasilkan oleh betina yang mati, terungkap bahwa ada peran serta campuran beberapa senyawa yang menurut penelitian tidak dapat ditolak oleh para pejantan. Dua senyawa yang ditemukan dalam aroma lalat mati ini adalah etil oktanoat dan sekelompok bahan kimia yang dikenal sebagai seskuiterpen, yang keduanya dikenal karena kemampuannya memikat serangga. Meskipun spora muncul dari tubuh betina hanya beberapa jam setelah serangga mati, mayat tersebut paling menarik bagi jantan selama tahap akhir produksi spora, kira-kira 25 hingga 30 jam setelah kematiannya.
Baca Juga: Ahli Biologi Singkap Dua Spesies Jamur Ini Membuat Lalat Jadi Zombie
Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu penjelasan yang mungkin untuk kombinasi manipulasi perilaku dan mimikri seksual E. muscae ini adalah bahwa menarik inang lalat rumah jantan bisa menjadi sangat penting bagi penyebaran jamur karena itu adalah spesies patogen spesifik yang hanya menginfeksi lalat rumah.
"Ketika akses ke inang baru terbatas, sangat penting bagi jamur untuk memastikan penularan ke inang baru lainnya yang cocok dari spesies yang tepat," kata Hansen.
Temuan Hansen tentang jamur patogen yang memengaruhi perilaku lalat jantan tersebut telah dipublikasikan dengan judul A pathogenic fungus uses volatiles to entice male flies into fatal matings with infected female cadavers pada 22 Oktober 2021 di server pracetak bioRxiv dan masih dalam proses peer review.
Source | : | livescience.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR