Ketika penggalian selesai pada akhir bulan itu, tim telah menemukan ratusan artefak arkeologi yang tersebar di area seluas lebih dari 35.000 meter persegi. Beberapa artefak yang ditemukan itu adalah ujung tombak, ketapel timah, bagian dari perisai, koin, dan hobnail atau paku pendek dari sandal bersol berat yang biasa dikenakan legiun Romawi. Paku pendek ini disebut sebagai "caligae" dalam bahasa Latin.
Ketapel yang ditemukan memiliki tanda huruf-huruf yang menunjukkan legiun Romawi mana yang membuatnya. Sementara paku sepatu dan beberapa senjata lainnya, termasuk beberapa ujung tombak, jelas juga berasal dari Romawi, kata Peter-Andrew Schwarz, arkeolog dari University of Basel.
Para arkeolog juga telah menemukan pecahan pedang, bagian dari perisai dan ujung tombak yang merupakan bagian dari persenjataan pasukan Rhaetian, katanya.
Rhaetian, atau "Raeti," adalah konfederasi suku Alpin yang menduduki sebagian besar daerah pegunungan yang sekarang meliputi wilayah Swiss, Italia, Austria, dan Jerman. Apa yang diketahui dari bahasa asli orang-orang Rhaetian menunjukkan bahwa mereka terkait dengan orang-orang Etruria, peradaban yang hidup di tempat yang sekarang disebut Italia sebelum kekaisaran Romawi didirikan. Akan tetapi orang-orang Rhaetian akhirnya datang ke wilayah Alpin dan berbicara bahasa Celtic seperti orang-orang Galia.
Orang-orang Rhaetian awalnya menentang ekspansi Romawi ke tanah air pegunungan mereka dari abad kedua Sebelum Masehi. Catatan menunjukkan konflik antara tentara Romawi dan orang-orang Rhaetian terjadi antara tahun 50 Sebelum Masehi dan 30 Sebelum Masehi, kata arkeolog Thomas Reitmaier, direktur ADG.
Baca Juga: Konstantinopel Berubah Jadi Istanbul Bukan Saat Direbut Sultan Ottoman
Belati Romawi itu kini dipegang oleh ADG, seperti yang diatur oleh hukum Swiss, di mana belati itu akan disimpan dan dievaluasi secara ilmiah. Schmid sendiri masih terlibat dalam proyek arkeologi di bekas medan perang itu, meskipun dia baru-baru ini telah lulus kuliah sebagai dokter gigi dan tidak berharap untuk menjadi arkeolog penuh waktu.
Hingga akhir September tahun ini, Schmid telah menghabiskan lebih dari 70 hari di situs arkeologi di dalam hutan itu. Berhari-hari ia telah bekerja bersama para arkeolog dari ADG dan University of Basel.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR