"Jika ada yang melihat spesies primata yang benar-benar jarang, seperti bonobo dan orang-utan, buktinya ada dimana-mana dan sulit untuk terlewatkan," kata Barnett.
"Ada tempat-tempat di Himalaya dimana populasi kera besar secara teoritis dapat bertahan hidup," kata Vladimir Dinets dari Universitas Tennessee, Knoxville, yang bekerja di Himalaya.
"Tetapi di semua tempat ini terdapat manusia yang hidup disana, dan semua spesies mamalia yang lebih besar dari tikus secara teratur diburu dengan berbagai cara,"katanya.
!break!Binatang harus menjelajah pada wilayah yang luas untuk mendapatkan cukup makanan, yang berarti sulit bagi mereka untuk tetap tersembunyi.
Iklim juga menjadi masalah. Primata akan kesulitan hidup di cuaca Himalaya yang keras.
"Bahkan jika mereka sekuat macaque Jepang, primata yang paling tahan dingin, mereka tetap harus turun ke hutan suptropik saat musim dingin," kata Dinets.
"Hutan-hutan ini ada dalam bentuk kecil," kata Dinets. "Sebagian besar telah dijadikan pertanian sejak lama."
Dan Yeti tetap saja muncul.
Pada tahun 2011, ekspedisi dan konferensi yang dipimpin Rusia menyatakan telah menemukan "bukti yang tidak bisa dipertanyakan" tentang keberadaan Yeti, termasuk ditemukannya sebuah tempat tidur.
Meskipun demikian, Dinets yang lahir di Rusia mengatakan itu hanya usaha untuk mencari perhatian tanpa bukti kuat.
"Selama sekitar 20 tahun, kunjungan musim panas ke pegunungan untuk mencari Yeti menjadi populer," kata Dinets.
"Satu-satunya hasil temuan adalah bahwa setiap desa di pegunungan Tajikistan dan Kyrgyzstan memiliki \'saksi Yeti\' yang telah ditunjuk.
Tugas mereka adalah memberi tahu para pengunjung tentang dongeng itu, membawa mereka ke lembah terpencil di mana \'Yeti\' terlihat, dan kemudian meminta wisatawan membayar jasa dalam jumlah besar."
Kesimpulannya, tidak terdapat bukti kuat tentang keberadaan primata yang tidak dikenal di Himalaya, dan banyak alasan untuk memperkirakan mahluk ini tidak ada.
Sepertinya bukti beruang salju di Himalaya tidak bisa dibuktikan. Beruang mungkin saja ada dalam legenda, tetapi kemungkinan dalam bentuk beruang coklat, yang memang banyak ditemukan di Asia.
Barnett meyakini penjelasan paling masuk akal tentang legenda Yeti adalah terjadinya salah interpretasi binatang seperti beruang coklat, bercampur dengan kecenderungan manusia menceritakan dongeng tentang binatang yang tidak dikenal.
Tetapi ini bukan berarti pencarian berakhir. "Kenyataan bahwa tidak pernah ada bukti apapun tidak menghentikan usaha pencarian," kata Barnett.
Selama kita menikmati legenda dan dongeng, kita tidak akan melupakan Yeti.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR