Sepanjang perjalanan menuju kota, begitu banyak bendera merah-putih dimana-mana. Pemuda-pemudi bersorak riang memandang menyambut kemerdekaan yang telah diimpikan sejak lama. Namun sayang, masih ada pihak-pihak yang mencoba merebutnya.
Pada tanggal 15 September 1945, tak lama setelah proklamasi Indonesia dikumandangkan,Belanda beserta pasukan sekutu datang kembali ke Indonesia.
Awalnya mereka mengaku kedatangan ke Indonesia ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban Indonesia setelah selesainya pemerintahan kolonial Jepang akibat kalah di perang dunia kedua.
Kedatangan pihak Belanda yang diboncengi oleh sekutu awalnya diterima baik di Indonesia,namun seiring berjalanya waktu kedok mereka terbuka. Provokasi-provokasi mulai dijalankan di berbagai daerah di Indonesia,sehingga mengakibatkan bentrokan senjata dengan rakyat Indonesia.
Untungnya,Presiden Soekarno sebelumnya sudah memperingatkan rakyat Indonesia untuk berhati-hati dengan keberadaan Belanda beserta sekutunya di tanah Indonesia dalam pidatonya di Lapangan IKADA (sekarang Monas),tak lama setelah sekutu dan Belanda berlabuh di Tanjung Priok.
Berbekal semangat juang tinggi dalam mempertahankan kemerdekaan,rakyat Indonesia kemudian melawan pasukan sekutu dan Belanda dalam pertempuran-pertempuran yang kemudian dikenang dalam sejarah sebagai suatu pertempurang yang patriotik.
Salah satunya adalah peristiwa pengibaran bendera Belanda di Surabaya, tepatnya Hotel Yamato.Sejumlah pasukan Belanda mengibarkan bendera kebangsaan Belanda di atap paling atas Hotel Yamato.Kabar berkibarnya bendera Belanda,menyebar ke seluruh Surabaya dan mengakibatkan marah rakyat Indonesia melihat kelakuan Belanda yang dianggap menghina kedaulatan Indonesia.
Sempat terjadi perundingan antara pihak Indonesia yang meminta dengan baik-baik kepada pihak Belanda untuk menurunkan bendera itu.Namun permintaan pihak Indonesia ditolak,bahkan pihak Belanda menolak kedaulatan Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka.Hal ini kemudian mengakibatkan keadaan memanas dan berujung pada pertempuran.Arek-arek Suroboyo yang sudah terbakar hatinya untuk mempertahankan kemerdekaan,dengan gigih mereka kemudian berhasil memenangkan pertempuran.
Pertempuran hebat lainya yang dijalankan rakyat Indonesia adalah Pertempuran “Medan Area” pada 15 Desember 1945. ”Merdeka atau mati!”, semboyan ini dikumandangan rakyat Sumatera Utara setelah mereka menolak ultimatum dari Belanda yang melarang rakyat memiliki senjata.Dengan semangat membara,rakyat kemudian terjun ke medan pertempuran menghalau mereka-mereka yang berniat merebut kemerdekaan Indonesia.
Sebulan sebelumnya perlawanan melawan bangsa penjajah juga terjadi di Surabaya,sikap tentara sekutu dan Belanda yang semena-mena di tanah surabaya dianaggap sebagai suatu penghinaan. Hal ini kemudian mengakibatkan lagi-lagi kontak senjata antara pasukan gabungan sekutu dan Belanda melawan rakyat.
Berbekal semangat membara,rakyat melawan sekutu dan Belanda yang bersenjata lengkap. Salah satu perwira sekutu bernama Brigadir Mallaby bahkan terbunuh,hal ini membuat geram pihak sekutu sehingga mengerahkan segenap kekuatan dari angkatan darat, laut dan udara.
Rakyat Indonesia yang hanya berbekal senjata rampasan dan semangat mempertahankan kemerdekaan,dengan gigih melawan para penjajah. Pertempuran berani para pelindung kemerdekaan yang berlangsung pada 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh rakyat Indonesia.
Lain halnya di Ambarawa. Pada 20 Oktober pasukan Belanda yang diboncengi sekutu dibawah pimpinan Brigjen Bethel, mendarat di pelabuhan Semarang dengan tujuan awal mengurusi tawanan perang Jepang. Namun sesampainya di kecamatan Ambarawa,mereka malah membebaskan tawanan tentara Belanda kemudian mempersenjatai mereka.
Hal ini kemudian membuat pihak Indonesia marah dan lagi-lagi berujung pada berkobarnya sebah pertempuran.Dibawah pimpinan Sudirman,tentara Indonesia melawan Belanda yang dibantu oleh pasukan sekutu.
Pertempuran berlangsung sengit selama 4 hari,namun pada 15 Desember 1945,Indonesia berhasil mengalahkan pasukan Belanda dan sekutu,serta berhasil mengamankan Ambarawa.
Penulis | : | |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR