Ribuan orang di Kabupaten Puncak, Papua, terancam menderita kelaparan setelah ladang ubi mereka rusak akibat hujan es yang melanda sejak awal bulan Juli.
Wakil Bupati Puncak, Repinus Telengen, saat dihubungi melalui telepon selulernya mengatakan ada sekitar 10.000 warga di kawasan Pegunungan Tengah yang merasakan dampak hujan es tersebut.
Wilayah yang paling parah terpapar, menurutnya, ialah Distrik Agandugume.
"Mereka kelaparan karena lahan pertanian rusak. Setiap pagi ditemukan embun es pada tanaman. Setelah matahari terbit, kena panas matahari, embun es itu mencair. Pada siang hari, tanaman mati dan kering," kata Repinus.
Repinus mengaku sudah mencoba mengirim bantuan menggunakan pesawat. Namun, upaya tersebut menemui kendala.
"Pesawat yang bisa terbang ke sana adalah pesawat berbadan kecil, yaitu Pilatus, sehingga sulit membawa bantuan dalam jumlah besar. Baru ada tiga pesawat yang memuat 800 kilogram bahan makanan yang ke sana," ujar Repinus.
Idealnya, lanjut Repinus ialah memakai helikopter. "Tapi biayanya besar. Bisa mencapai Rp350 juta sekali jalan."
Selain Distrik Agandugume yang menjadi wilayah Kabupaten Puncak, ada dua distrik di Kabupaten Nduga dan satu distrik di Kabupaten Lany Jaya yang terkena imbas cuaca ekstrem.
Bahkan di Lany Jaya, sudah ada 11 orang meninggal dunia akibat suhu dingin.
Menanggapi situasi tersebut Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cendrawasih, Mayjen TNI Fransen G Siahaan, mengatakan kemampuan TNI juga terbatas mengingat pesawat yang ada tidak dilengkapi sarana oksigen.
Sedangkan pesawat sipil yang biasa terbang ke sana tidak mampu mengudara karena cuaca buruk.
Kawasan Pegunungan Tengah Papua, khususnya Distrik Agandugume, terletak di lereng Gunung Puncak Jaya yang berketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR