Senyum Sulaiman (60), petani jeruk di Dusun Selokerto, Desa Selorejo Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tak henti-hentinya menyapa siapa saja yang menghampirinya pada Minggu (26/7). Sambil duduk di depan kebun jeruknya, Sulaiman menyilakan pengunjung untuk menikmati manisnya jeruk hasil budidaya.
Sulaiman pantas tersenyum. Saat ini semacam bulan madu bagi petani jeruk di sana. Juni-Juli adalah musim panen pengunjung untuk berwisata petik apel. Sebab, itu adalah masa libur sekolah dan saat ini sekaligus libur Lebaran.
Musim panen jeruk di Selorejo Dau adalah Juni-Desember. Selanjutnya, buah jeruk tetap produksi, tetapi dalam jumlah terbatas. Selama September-Desember, harga buah jeruk akan turun drastis.
Sulaiman bercerita, dalam sehari minimal ada 20 orang datang memetik jeruk di kebunnya. Selain dari Malang, para pengunjung juga berasal dari kota lain.
Ongkos masuk berwisata petik apel di kebun Sulaiman Rp 20.000 per orang dengan fasilitas boleh makan jeruk sepuasnya. Pengunjung diberi pisau, tempat sampah, dan tas plastik jika mereka ingin membawa pulang buah jeruk. Tarif membawa jeruk adalah Rp 7000 per kilogram (kg). Harga Rp 7000 per kg sudah cukup tinggi. Sebab jika dibeli oleh ”juragan” atau pengepul, jeruk rata-rata dijual Rp 5.000 per kg.
Wajar jika saat itu, senyum Sulaiman terus mengembang. Ia sedang menikmati masa-masa harga jeruk cukup baik. Nanti menjelang akhir tahun, harga komoditas ini bakal turun drastis hingga Rp 3.000 per kg di tingkat petani.
Untung
Sulaiman memiliki 10 hektar kebun jeruk. Sekali panen, bisa mendapat hasil sekitar Rp 100 juta. ”Dengan wisata petik jeruk seperti ini, petani diuntungkan karena mengurangi ongkos pengeluaran untuk petik. Semakin banyak pengunjung datang memetik jeruk, makin sedikit biaya kami keluarkan pada musim panen ini,” ujar Sulaiman.
Bukan hanya Sulaiman yang merasa beruntung dengan adanya wisata petik buah ini. Pengunjung pun senang karena bisa merasakan sensasi memetik jeruk langsung dari kebun.
”Wisata di tempat wisata lain pasti panas, macet, dan mahal. Di sini tempatnya sejuk dan tidak ramai. Anak-anak pun senang karena ada unsur pendidikan soal pertanian,” kata Prasetyo, asal Malang.
Siapa saja pasti senang melihat hamparan kebun jeruk sepanjang jalan di Desa Selorejo saat ini. Mereka bisa melihat Gunung Kawi tinggi menjulang dan hijau. Di kiri-kanan, melihat hamparan kebun jeruk dengan buah lebat yang menguning.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR