Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan di Senckenberg Research Institute dan Universidade de São Paulo di Brasilia, menemukan fosil ular piton berusia 47 juta tahun. Dalam penemuan tersebut, fosil berukuran panjang sekitar 1 meter. Jenis piton ini merupakan fosil ular piton tertua yang diketahui di dunia. Jenis piton ini biasanya ditemukan di sekitar Eropa selama bagian awal-tengah periode Eosen.
Penemuan fosil di Eropa ini menjadi kejadian unik lantaran tidak ada binatang seperti itu yang dapat ditemukan saat ini. Spesimen itu ditemukan sebuah situs Warisan Dunia UNESCO sekaligus tambang yang tidak lagi digunakan di Jerman bernama Messel Pit. Sebelumnya, tempat di mana fosil ular piton ditemukan itu hampir berubah menjadi tempat pembuangan sampah pada tahun 1991 sebelum disimpan dan dinyatakan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada bulan Desember 1995.
Spesies baru ini diberi nama Messelopython freyi sebagai penghormatan kepada paleontolog Eberhard “Dino” Frey dari State Museum of Natural History di Karlsruhe, Jerman.
Dijelaskan dalam jurnal Biology Letters, ular tersebut telah diklasifikasikan sebagai spesies baru dan genus baru. Nama ilmiahnya adalah kombinasi dari lokalitas di mana ia ditemukan, Messel, dan keluarga ular, piton atau 'pythonidae'.
"Dengan menamai spesies baru menurut namanya, kami ingin menghormati prestasinya di bidang paleontologi," kata Dr Krister Smith, penulis studi dari Senckenberg Research Institute and Natural History Museum di Frankfurt.
Baca Juga: Penelitian Ungkap Bahwa Fosil Evolusi Ular Purba Ini Lebih Mirip Kadal
Menjadi fosil tertua di dunia, para ahli berpendapat bahwa ular piton memiliki ikatan evolusi yang kuat dengan bongkahan tanah yang sekarang ada di Eropa.
"Analisis kami melacak sejarah evolusi mereka ke Eropa," kata anggota penulis Dr. Hussam Zaher dari Universidade de São Paulo, Brasilia.
“Menurut temuan kami, ular ini sudah ada di Eropa pada zaman Eosen, lebih dari 47 juta tahun yang lalu,” tambahnya.
Source | : | daily mail,Histecho.com |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR