Gelombang udara superpanas kini tengah melanda Timur Tengah, dan di beberapa bagian wilayah Iran suhu udara mencapai hampir 70 derajat Celcius.
Sementara itu, negeri tetangga Iran yaitu Irak juga "lumpuh" akibat terjangan udara panas yang membuat rata-rata suhu di negeri itu mencapai 50 derajat Celcius. Akibatnya, pemerintah menetapkan hari libur nasional selama empat hari karena cuaca dianggap terlalu panas bagi warga untuk berkegiatan di luar rumah.
Namun, kata panas kini memiliki arti baru di kota Bandar Mahshahr, Iran yang mencatat suhu udara terpanas sepanjang sejarah kota itu. "Ini adalah temperatur tertinggi yang pernah saya lihat di dunia," kata ahli meteorologi di AccuWeather, Anthony Saglia.
Suhu udara di kota Bandar Mahsahr tercatat 72 derajat Celcius, hanya beberapa derajat lebih rendah dibanding suhu terpanas yang pernah tercatat yaitu 81 derajat Celcius di kota Dhahran, Arab Saudi pada 8 Juli 2003.
Sementara itu di Irak, selain meliburkan warganya, pemerintah juga mengimbau agar warga minum banyak air dan menghindari kegiatan di luar rumah agar tak terserang oleh apa yang disebut para pakar sebagai "kubah panas" yang menerjang Timur Tengah.
"Kubah Panas" ini adalah semacam udara tekanan tinggi yang melintas di kawasan itu. Situasi ini memperburuk masalah pasokan tenaga listrik dan air bersih yang membuat kondisi ini makin tak tertahankan.
Di wilayah selatan Timur Tengah, para warga menyalakan mesin pengatur suhu sedingin mungkin. Sedangkan warga yang lebih beruntung pergi ke pantai terdekat untuk mendingnkan diri.
Sedangkan, bagi para pemimpin Timur Tengah, semacam Raja Salman dari Arab Saudi dipastikan tidak akan merasakan terjangan gelombang udara panas itu. Sebab, dia dan keluarganya saat ini tengah berlibur di vila mewahnya di Perancis, yang mengakibatkan pantai sepanjang beberapa ratus meter ditutup.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR