Simon Wiesenthal, seorang pria berkebangsaan Austria yang memutuskan untuk menjadi seorang “pemburu Nazi”, selama masa mudanya ia melihat begitu banyak ketidakadilan terhadap orang Yahudi selama perang dunia kedua.
Jutaan orang Yahudi dijebloskan ke dalam kamp konsentrasi, dijadikan pekerja paksa, dan tak sedikit dari mereka yang dibunuh secara kejam. Bagi mereka yang bertahan hidup, akan menjalani kehidupan mereka dengan memori kelam akibat perlakuan kejam Nazi terhadap mereka.
Simon Wiesenthal aslinya seorang penganut Yahudi yang namun lahir di daerah Buchach, Ukraina pada 31 Desember 1908. Ayahnya, Asher Wiesenthal merupakan seorang pedagang yang kemudian meninggal ketika mengikuti pertempuran sebagai bagian dari tentara kerajaan Austria – Hungaria saat perang dunia pertama meletus.
Setelah ditinggal sang ayah Wiesenthal melanjutkan hidupnya bersama Ibunya yang bernama Rosa Wiesenthal dan adiknya, Hillel Wiesenthal. Mereka bertiga kemudian berimigrasi ke Austria dan kemudian kembali lagi ke Buchach setelah perang mulai mereda.
Kehidupan setelah perang dunia pertama awalnya berjalan seperti biasa bagi Wiesenthal, ia bahkan berhasil menuntut ilmunya hingga jenjang universitas. Kegemaranya akan seni dan menggambar kemudian membuatnya untuk meneruskan kuliah di kota Lwów dan jurusan arsitektur sebagai pilihanya.
Ia kemudian lulus dan berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai seorang insinyur. Menjalani kehidupanya yang cukup, ia kemudian bertemu dengan gadis bernama Cyla Müller dan menikahinya
Namun pada 1939, perang dunia kembali meletus, selain itu akibat Soviet dengan Jerman yang menyepakati Paktra Ribbentrop – Molotov menyebabkan beberapa daerah di Polandia dianeksasi oleh Soviet setelah Polandia berhasil dikuasai oleh Jerman.
Keadaan semakin memburuk ketika pakta yang telah disepakati dilanggar oleh Jerman, daerah – daerah milik Soviet mulai Jerman kuasai, tak terkecuali Polandia. Yang paling menderita dalam perang adalah orang Yahudi, mereka dianggap rendah, dimasukan ke kamp konsentrasi, dijadikan pekerja paksa, dan tak sedikit dari mereka yang kemudian dibunuh secara kejam oleh Nazi
Pada 1941, Wiesenthal beserta istrinya dipindahkan oleh Nazi ke Kamp Konsentrasi Jonowska dan dijadikan pekerja paksa di jalur kereta api. Selama masa – masanya sebagai tahanan mereka dan jutaan orang Yahudi lainya diperlakukan secara buruk, kelaparan, ketakutan dan kesedihan menyelimuti mereka. Wiesenthal bahkan mengaku bahwa pada ulang tahun Hitler yang ke – 54 para perwira Nazi memutuskan untuk membunuh 54 orang Yahudi sebagai sebuah bentuk perayaan.
Melihat adanya kesempatan untuk melarikan diri, Wiesenthal beserta beberapa rekanya berhasil kabur dari kamp konsentrasi, ia kemudian bertemu dengan istrinya yang sudah terlebih dahulu kabur dengan bantuak pergerakan bawah tanah Polandia di Lvov.
Selama di Lvov bersembunyi dari Nazi dan beberapa kali berpindah tempat ke apartemen milik rekan – rekanya. Namun sayangnya pada Juni 1944, Wiesenthal tertangkap basah oleh patroli Nazi di apartemenya rekanya bernama Paula Busch..
Ia kemudian dikembalikan ke kamp konsentrasi di Jonowska namun tak lama dipindahkan ke kamp lainya untuk beberapa kali.
Setelah bertahun – tahun menjalani kehidupan sebagai tahanan, kabar baik datang, pada 1945 perang dunia berakhir. Wiesenthal dan istrinya berhasil bertahan hidup dari perlakuan kejam Nazi terhadap mereka para penganut Yahudi.
Penulis | : | |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR