Seorang paramedis dari Billings, Montana, Amerika Serikat, berumur 63 tahun bernama Lance Crosby ditemukan tewas di dekat rute melingkar Elephant Black yang mengarah ke lereng gunung di atas pesisir barat Danau Yellowstone pada 7 Agustus 2015. Paramedic yang bekerja untuk Yellowstone pada musim panas tersebut ditemukan dalam keadaan mengenaskan dengan sebagian anggota tubuhnya dimakan oleh binatang buas, Bagian tubuh korban lainnya juga ditemukan terkubur dalam tanah. Setelah dilakukan investigasi dan tes DNA, diketahui penyebab kematiannya karena dimangsa oleh beruang grizzly beserta anak-anaknya.
Berita kematian Lance Crosby yang dimangsa oleh beruang grizzly membuat Dan Wenk, kepala penjaga hutan Taman Nasional Yellowstone, harus berkeputusan membunuh induk beruang yang menjadi tersangka, sedangkan anak-anaknya dikirim ke Kebun Binatang Toledo. Walaupun telah berkonsultasi dengan ahli manajemen beruang, banyak kecaman yang ditujukan kepada Wenk, bahkan dia mendapat julukan Jack-booted executioner, “algojo bersepatu boot militer” atau dapat juga diartikan menjadi “algojo tiran.”
“Selama bekerja 40 tahun mengurus taman nasional, baru sekali ini saya mengalami ledakan emosional dari masyarakat mengenai nasib seekor beruang grizzly,”kata Wenk.
Sebaliknya, bukan sekali ini Wenk mendapatkan kasus serangan beruang grizzly terhadap pendaki. Pada tahun 2011, terdapat kasus serangan kepada sepasang suami istri Matayoshi, yang menelan seorang korban meninggal dunia. Berbeda dengan kasus terbaru, jasad korban tidak dimangsa—menunjukkan tipikal perilaku defensif seekor beruang—maka beruang yang menyerang pendaki dibiarkan hidup. Keputusan tersebut juga membuat Wenk menghadapi kritik bahwa penjaga kurang mengedepankan keselamatan manusia dibandingkan kelangsungan hidup binatangnya.
“Sejauh yang saya tahu, beruang yang telah menemukan sumber makanannya, tidak akan pernah lupa. Induk beruang yang mengingat bahwa manusia adalah sumber makanan, besar kemungkinannya mengajari anak-anaknya demikian,”komentar David Mattson, pensiunan peneliti yang bergerak dalam Interagency Grizzly Bear Study Team mengenai kasus serangan beruang terbaru,”saya sangat berdedikasi dalam pekerjaan saya untuk menjaga kelangsungan hidup beruang, namun saya memahami bahwa mendaki di kawasan beruang mempunyai risiko sehingga saya maklum akan keputusan yang diambil Wenk.”
Dua keputusan berbeda telah diambil, namun tetap mendatangkan komentar tak puas dari masyarakat. Wenk sangat bersyukur akan segala kritik dan saran yang diberikan oleh masyarakat, menunjukkan betapa besar kepedulian akan nasib satwa beruang grizzly. Namun, keputusan telah dibuat, dan pendapat dari David Mattson membuat Wenk semakin yakin bahwa keputusannya—dulu dan kini—adalah keputusan yang terbaik untuk nasib beruang juga nasib manusia.
Lolosnya Beruang Grizzly dari Ancaman Kepunahan
Di Amerika Serikat, beruang grizzly sebetulnya termasuk hewan yang nyaris punah. Pada awal tahun 1980, jumlah populasinya sempat menyentuh kurang dari 200 ekor. Angka tersebut kian menurun sehingga dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan populasinya, seperti menjaga angka kematian beruang semakin menurun sementara angka kelahiran serta harapan hidupnya semakin meningkat. Induk dan bayi-bayi beruang adalah bagian paling penting dalam kehidupan beruang karena memberi pengaruh besar pada potensi reproduksi. Namun selain menjaga agar potensi reproduksi beruang tetap berlangsung, usaha lain yang dilakukan adalah menjaga agar beruang tidak mati sia-sia akibat ulah manusia (kecelakaan lalu lintas, perburuan liar, dibunuh karena mengganggu kehidupan manusia, dan lain-lain.)
Pihak berwenang Amerika Serikat dengan usahanya selama hampir 30 tahun terakhir telah berhasil menyelamatkan beruang grizzly dari kepunahan. Angka populasinya kini hampir berada di antara 700-1.000 ekor, dan siap untuk dipindahkan dari daftar hewan yang nyaris punah.
Kini banyaknya jumlah populasi beruang perlu mendapat perhatian serius dari pihak berwenang. Dengan banyaknya kasus serangan beruang terhadap manusia, apakah beruang kini merupakan ancaman?
Penulis | : | |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR