Anak-anak sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, menurut pernyataan kebijakan baru dari American Academy of Pediatrics (AAP).
Pernyataan tersebut diterbitkan dalam jurnal online Pediatrics, berisi desakan dokter anak pada politisi untuk bekerja sama melindungi anak-anak dari ancaman terkait iklim. Ancaman tersebut meliputi bencana alam, tekanan panas, rendahnya kualitas udara, peningkatan infeksi, dan ancaman terhadap pasokan makanan dan air.
"Karena pikiran dan tubuh mereka sedang dalam masa pertumbuhan, anak-anak sangat rentan terhadap perubahan di lingkungan mereka," kata Dr Samantha Ahdoot, penulis yang memimpin laporan. Ahdoot juga merangkap asisten profesor pediatri di Virginia Commonwealth University School of Medicine.
AAP, yang mewakili 64.000 dokter anak dan profesional kesehatan lainnya yang mengkhususkan diri dalam merawat anak-anak. Mereka juga merilis sebuah laporan teknis yang menunjukkan bukti ilmiah terkait hubungan perubahan iklim dengan masalah kesehatan anak, pengembangan, kesejahteraan dan gizi.
"Dokter anak memiliki suara yang unik dan kuat dalam isu ini, karena pengetahuan mereka tentang kesehatan anak dan penyakit, serta peran mereka dalam memastikan kesehatan anak saat ini dan masa depan," kata Presiden AAP, Sandra G Hassink.
Laporan itu menyatakan jika perubahan kondisi cuaca merupakan salah satu penyebab utama trauma pada anak-anak, seperti "mereka mengalami peningkatan risiko cedera, kematian, kehilangan atau perpisahan dengan pengasuh, dan konsekuensi kesehatan mental", kata Ahdoot.
Menurut pernyataan itu, ada tiga kali lebih banyak peristiwa cuaca ekstrim antara tahun 2000 dan 2009, dibanding tahun 1980 dengan 1989. Setelah bencana terkait iklim, seperti badai atau banjir, tingginya jumlah anak-anak yang ditemukan menunjukkan gejala gangguan stres post-traumatic.
Anak-anak di bawah usia satu tahun sangat rentan terhadap panas. Menurut AAP, suhu musim panas rata-rata mengalami lebih dari 90% kenaikan hingga suhu tertinggi, tercatat di berbagai daerah pada akhir abad ke-21.
Pernyataan itu juga menyebutkan perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman persediaan makanan dan air. Misalnya, peningkatan karbon dioksida di atmosfer dapat mempengaruhi kualitas gabah dan menurunkan kadar protein dari gandum dan beras.
"Sebuah perubahan iklim memiliki berbagai efek pada tanaman, hewan dan sistem alam di mana kesehatan, keselamatan, dan keamananan anak-anak juga bergantung pada individu," kata Ahdoot.
Masalah kesehatan tambahan lainnya muncul. Menurut World HealthOrganization (WHO), lebih dari 88% penyakit disebabkan perubahan iklim terjadi pada anak-anak muda di bawah usia lima tahun.
Laporan AAP melaporkan banyak penyakit menular yang dipengaruhi oleh perubahan iklim, termasuk malaria, demam berdarah, virus West Nile, chikungunya, penyakit Lyme, penyakit diare, meningitis dan demam lembah (koksidioidomikosis)
Ini diklaim, misalnya, bahwa pada tahun 2030, terutama di Asia dan sub-Sahara Afrika, perubahan iklim akan menyebabkan kematian lebih dari 48.000 anak di bawah usia 15 tahun karena penyakit diare.
Menurut pernyataan itu, ini disebabkan anak-anak berasal dari negara-negara termiskin di dunia, di mana beban penyakit yang tidak proporsional, akan menjadi yang paling berpengaruh oleh perubahan iklim.
Pernyataan AAP menjabarkan rekomendasi untuk dokter anak, sektor kesehatan termasuk pemerintah membangun koalisi yang lebih luas di seluruh disiplin ilmu, untuk mengatasi perubahan iklim, kampanye pendidikan, dan pendanaan sistem transportasi umum.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR