Sebagian besar hewan berkembang biak dengan bertelur. Selama embrio berkembang, ia memakan kuning telur. Apakah jika tidak ada kuning telur, maka tidak ada keturunan?
Ternyata tidak selalu begitu. Ahli biologi dari KU Leuven, Belgia, telah menemukan sebuah pengecualian: telur nematoda (cacing gelang) juga dapat menetas tanpa kuning telur. Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Nature Scientific Reports.
Infeksi cacing parasit biasanya diobati dengan obat yang dapat melumpuhkan cacing. Sayangnya, banyak parasit telah menjadi resisten terhadap produk ini. Selain itu, beberapa perawatan mungkin memiliki efek samping buruk bagi penderitanya.
"Itulah salah satu alasan mengapa kami mulai mempelajari reproduksi cacing," papar Dr Liesbeth Van Rompay.
Parasit bertelur banyak dalam waktu singkat, sehingga ilmuwan bisa mencoba untuk membatasi reproduksi mereka. Ilmuwan menguji C. elegans, spesies cacing gelang yang secara genetik terkait dengan cacing parasit dan dapat dibudidayakan tanpa inang.
Awalnya, Van Rompay hendak memetakan gen yang diperlukan untuk memproduksi kuning telur. Beberapa gen ini memiliki \'kemiripan\' dalam genom manusia. Sedangkan gen lain, benar-benar berbeda atau bahkan sangat unik bagi cacing. Kelompok gen terakhir ini menjadi target yang menarik untuk produk obat cacing baru tanpa efek samping pada manusia. !break!
Setelah para peneliti telah menonaktifkan beberapa gen, cacing bertelur tanpa kuning telur. Sekali lagi, benar-benar di luar dugaan, telur ini menetas.
"Embrio tanpa kuning telur kami berkembang tanpa kesulitan besar. Ini belum pernah diamati pada hewan bertelur sebelumnya."
Hal tersebut tak membuat para ilmuwan serta merta mengabaikan salah satu hipotesis dasar biologi—tidak ada kuning telur, tidak ada keturunan. “Penelitian telah menunjukkan bahwa kebanyakan embrio hewan perlu kuning telur untuk berkembang,” Profesor Liesbet Temmerman menekankan.
Temmerman menambahkan bahwa pada cacing gelang ini—dan mungkin hewan lain juga—kuning telur mungkin masih memainkan peran dalam tahap pertama kelahiran baru kehidupan. Ketika makanan dalam pasokan terbatas, larva muda yang bisa mengandalkan kuning telur mereka cenderung bertahan hidup lebih baik daripada yang dari yang bebas kuning telur.
Para peneliti menduga bahwa cacing memiliki cadangan dari selain kuning telur untuk menjamin kelangsungan hidup anak-anak mereka.
“Apakah ada perbedaan lain antara cacing dari telur yang ada dengan yang tanpa kuning telur? Jika tidak ada kuning telur, apa sumber makanan embrio? Semua itu menjadi misteri ingin kami ungkap selanjutnya. Jika kita ingin mencegah parasit berkembang biak, kita perlu menyingkirkan sumber makanan lain itu juga," tukas Temmerman.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR