Ada juga yang bentuk daunnya seperti rumput, dengan bunga warna ungu. Selain anggrek, banyak juga pohon Cemara gunung yang mendominasi hutan. Pohon ini mungkin biasa, tetapi aktivitas yang menarik adalah mencari getahnya.
"Kalau cari itu (getah Cemara) kita saingan sama penghuni hutan lain (hewan-hewan)," kisah Armasih.
Getah Cemara dipercaya warga baik untuk kesehatan pencernaan. Dalam keadaan genting bisa juga meredakan sakit perut atau diare. Hewan hutan mengonsumsinya untuk menjaga pencernaan juga.
"Kalau ketemu getahnya, pasti sudah banyak jejak hewan yang pernah datang," jelas Armasih.
Tetapi tumbuhan Bukit Kanji tak semua baik, ada juga yang berbahaya bahkan beracun. Jika tak hati-hati, bisa iritasi hingga keracunan. Misalnya saja daun Kelor Balit. Disebut seperti ini karena bentuknya seperti daun kelor. Di hutan, tumbuhan ini memiliki daun paling mulus tak tersentuh.
"Karena tidak ada yang makan, beracun dia," terang Armasih.
Ada juga daun Seraksak yang jika tersentuh membuat gatal satu minggu. Ada juga daun dari pohon Jelateng yang bisa membuat gatal hingga satu bulan. Tetapi tak perlu khawatir, obat daun Jelateng ada pada kulit pohonnya. Kupas kulitnya dari bawah dan tempelkan di kulit.
"Memang tidak instan sembuhnya, tapi dapat subsidi lah," canda Armasih. !break!
Satwa liar
Tak hanya tumbuhan, memperhatikan aktivitas hewan liar juga jadi aktivitas menarik di Bukit Kanji. Yang paling mudah dilakukan adalah menggembala sapi. Di TNGR, masyarakat sering menggiring sapi dan meninggalkannya di gunung. Jika ingin memanggil mereka yang sudah tersebar-sebar, mudah saja, gunakan garam.
"Bisa dicampur air, bisa ditabur di tanah, bisa dipegang," kisah Armasih.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR