Pada tahun 2005, lulusan muda dari jurusan teknik industry asal Italia, Gabrielle Diamanti (sekarang berusia 34 tahun) membayangkan bagaimana cara sederhana tetapi bisa dilakukan secara berulang-ulang untuk membuat minuman dari air garam. Sembilan tahun kemudian, proyek ini berhasil terealisasikan.
Pada tahun 2015, 2,5 miliar orang tidak mempunyai akses untuk mendapatkan minuman yang aman dan bersih,menurut penelitian WHO. Kita sudah mengetahui, air dipisahkan menjadi 3, yaitu hambar, mengandung garam, atau payau. Dan mengandung parasit, patogen, dan kandungan mineral lainnya. Namun untuk mendapatkan air yang layak minum adalah air yang sudah terdestilasi.
Sistem penyulingan sudah ada namun memiliki harga yang sangat mahal untuk masyrakat di negara berkembang. Gabrielle Damianti sendiri mencoba upaya lain untuk melakukan penyulingan, dengan menggunakan bantuan dari sinar matahari. "Saya memikirkan cara yang sederhana sebelumnya, oleh karena itu saya memilih dengan menggunakan sumber daya lokal, sehingga dapat dikembangkan dimana saja."
Dengan ditutup dengan menggunakan logam yang besar, wadah tanah liat yang disebut dengan eliodomestico, adalah sejenis tungku dari tanah liat yang dapat menyimpan tenaga surya. Hanya dengan menuangkan air kedalam tungku tersebut, air garam secara alami akan mengalami proses penguapan selama satu hari. Kemudian geser pipa yang berada di tungku. Sebuah prototype berdiameter 60cm dapat menyuling 5 liter air siap minum.
Gabrielle diamanti saat ini berharap untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan lokal untuk mengembangkan dan mendistribusikan Eliodomestico melalu lembaga swadaya masyarakat. Namun rencana Gabrielle adalah setiap pengrajin akan mendapat satu alat ini secara gratis dan sangat membebaskan para pengrajin tersebut untuk menjualnya kembali.
"Saya belum memikirkan untuk mengajukan hak paten terhadap alat ini," tegas Sang desainer. Yang terpenting adalah alat ini dapat memudahkan kehidupan orang lain.
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR