Penguin Peri (Eudyptula minor) tersebar luas di Australia, dari Australia Barat (di sepanjang pantai selatan) hingga New South Wales, kemudian pantai Selandia Baru (dari Northland ke Stewart Island dan Kepulauan Chatham). Sebagai penguin terkecil di Bumi, burung ini berdiri dengan ketinggian rata-rata 12 inci (30 cm) dan memiliki berat 1,15 kg.
"Pertanyaan sistematis dan taksonomi terkait spesies ini telah lama menjadi kontroversi," kata Dr Grosser dan rekan.
Para ilmuwan menggunakan teknik genetika untuk membandingkan sedikit populasi penguin dari Australia dan Selandia Baru, dan mengejutkan menemukan bahwa mereka bukan spesies yang sama.
"Kami menemukan pola yang sangat kuat, di mana Selandia Baru memiliki kelompok sendiri dengan genetik khas yang jelas, sangat berbeda dengan populasi penguin Australia," kata Dr Grosser.
"Berdasarkan analisis genetik multilokus dan bukti biologis kami keduanya sesuai, kami merekomendasikan penguin Peri Australia sebagai spesies Eudyptula novaehollandiae, dengan lokalitas jenis yang dibatasi ke Port Jackson, New South Wales," kata para ilmuwan.
"Penguin Peri Selandia Baru merupakan Eudyptula minor dengan jenis lokalitas diakui di Dusky Sound, Fiordland."
Menurut tim, kedua spesies juga tampaknya telah mengembangkan \'aksen\' masing-masing
"Peneliti lain sebelumnya telah menunjukkan bahwa terdapat panggilan berbeda antara penguin Peri Australia dan Selandia Baru, perempuan lebih memilih panggilan dari spesies laki-laki mereka sendiri," kata Dr Grosser.
"Anda bisa mengatakan Aussies lebih suka mendengar \'feesh,\' sementara \'fush\' terdengar lebih baik di telinga Kiwi (Selendia Baru)," tambahnya.
Temuan lain yang tak terduga adalah penemuan yang Eudyptula novaehollandiae yang secara mengejutkan juga hadir di Otago, di sudut tenggara terpencil Selandia Baru.
"Data genetik kami menunjukkan bahwa populasi di Otago dan populasi Australia cukup terkait erat," kata Dr Grosser. "Pemodelan Coalescent menunjukkan bahwa penguin Peri Australia baru-baru ini berekspansi ke selatan Selandia Baru."
Sementara penguin Peri secara global dievaluasi sebagai \'perhatian\', kecenderungan umum demografis mereka menunjukkan suatu penurunan. Di Selandia Baru, sebagian besar penguin dianggap berisiko, dengan penurunan substansi yang didokumentasikan di berbagai koloni Australia. Tidak adanya data demografi jangka panjang menghalangi penilaian konservasi akurat spesies ini.
"Temuan studi kami ini mewakili pengakuan kedua keanekaragaman spesies penguin yang masih baru dalam satu dekade, dan memberikan contoh bahwa keragaman samar bisa jadi belum ditemukan, bahkan dalam taksa ikonik. Memang, tambahan keragaman penguin belum terdeskripsikan di tempat lain,”ungkap tim peneliti.
"Penelitian kami lebih menyoroti nilai pendekatan genetik untuk menilai sejarah demografi taksa ikonik," pungkasi peneliti. Mereka menyimpulkan penelitian dan mempublikasikan secara online di jurnal PLoS ONE.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR