Pada tahun 1960, NASA mengirimkan surat penolakan pada astronot hanya karena ia seorang perempuan. Pada saat itu, tidak ada dorongan untuk membuat sebuah program pelatihan untuk perempuan. Bagaimanapun, waktu telah berubah ! Seperti dilansir The New York Times, kelas terbaru astronot NASA terdiri dari 50 persen wanita untuk pertama kalinya dalam sejarah. Helen Sharman, Sally Ride dan Valentina Tereshkova telah menunjukkan bahwa menjadi astronot tidak tergantung pada jenis kelamin.
Perekrutan untuk pelatihan menjadi astronot NASA dilakukan terakhir kali pada tahun 2013. Mereka semua adalah calon potensial untuk misi manusia ke Mars. NASA mengumumkan akan mencapai Mars pada akhir tahun 2030-an. Mars adalah target utama NASA untuk sejumlah alasan. Menurut The New York Times, Dr Jessica Meir, merupakan salah satu kandidat yang mungkin menginjakkan kaki di tanah Mars. Mars dapat mengajarkan kita begitu banyak tentang masa lalu, sekarang, dan masa depan planet kita sendiri.
Gelar Ph.D. ia dapatkan di bidang Biologi Laut, di mana Meir mempelajari penguin kaisar di Antartika. Selain Meir, ada pula Christina Hammock Koch, yang menghabiskan waktu lama di Kutub Selatan, membantu mempertahankan teleskop di sana. Sedangkan Nicole Aunapu Mann memiliki kehidupan masa lalu sangat berbeda, ia pernah terbang dengan jet tempur Korps Marinir melalui Irak.
Para wanita yang dipilih dalam program astronot ini, yakni Meir dan rekan-rekannya harus bersaing dengan 6.000 kandidat awal. Mereka mengalami dua tahun pelatihan terbang dengan jet supersonik T-38, belajar cara melakukan tugas-tugas kompleks di bawah air, dan secara teratur terbang dengan komet muntah. Penerbangan komet muntah merupakan sebuah perjalanan pesawat yang mensimulasikan lingkungan dengan nol gravitasi, dengan sengaja menyelam berkala terhadap Bumi.
Bagian yang paling sulit dari setiap misi ke Mars adalah kemungkinan waktu yang lama untuk berpisah dari keluarga dan orang-orang tercinta. Pada posisi terdekatnya, Planet Merah berada pada jarak 56 juta kilometer (35 juta mil) dari Bumi, yang berarti bahwa dengan teknologi saat ini, perjalanan akan memakan waktu sembilan bulan untuk sampai ke sana. Perjalanan pulang dapat menambah waktu satu bulan, dengan waktu yang dihabiskan di permukaan Mars. Mereka bisa pergi menghabiskan waktu setidaknya satu tahun setengah.
Astronot Anne McClain percaya pada perspektif yang didapatkan dari ruang angkasa adalah bernilai suatu ketegangan emosional. "Dari ruang angkasa, Anda tidak dapat melihat batas. Apa yang Anda lihat adalah planet yang kesepian,"katanya kepada dilansir dari majalah Glamour.
"Di sini kita semua ada di dalamnya, begitu emosi dengan satu sama lain. Saya berharap lebih banyak orang bisa melangkah mundur, dan melihat seberapa kecil bumi, lalu bagaimana kami bergantung pada satu sama lain,"pungkas McClain.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR