Kerangka seorang pria Aborigin ditemukan di tepi sungai Australia dua tahun lalu. Luka pada tengkorak pria menunjukkan bahwa ia telah ditebas mati dengan pedang atau pisau pedang. Peristiwa ini diperkirakan terjadi saat pergolakan di Eropa menyebar ke seluruh benua.
Tes laboratorium menunjukkan pria itu meninggal sekitar 1200-an, 600 tahun sebelum pemukim Eropa dan alat-alat logam mereka mencapai daerah ditemukannya kerangka.
Namun, sebuah studi di edisi terbaru Antiquity menunjukkan bahwa luka unik pada kerangka pria, mungkin berasal dari senjata setempat, yakni bumerang.
Penulis penelitian berpendapat, pria tersebut adalah korban kekerasan yang disengaja. Ada sebuah teori yang menyiratkan hal ini. Setidaknya beberapa orang Aborigin pernah melawan satu sama lain sebelum kontak dengan orang-orang Eropa, yang membawa wawasan baru ke dalam hubungan suku pra-penjajahan di Australia.
Baru satu kerangka yang diketahui telah mendahului kolonisasi Australia. Ini ditunjukkan dengan tanda-tanda cedera mematikan oleh manusia. Kerangka itu berasal dari sekitar 1600 SM. Terdapat beberapa luka tombak, diperkirakan akibat hukuman ritual.
"Saya tidak tahu apakah itu adalah fenomena dari perluasan benua," kata Michael Westaway, seorang antropolog biologi di Universitas Griffith Australia. Westaway yang juga merupakan salah satu penulis studi mengungkapkan bahwa peneliti telah melihat bukti di Australia yang mendukung konflik antarsuku.
Fosil tengkorak itu ditemukan pada tahun 2014 oleh William Bates, anggota dari kelompok orang Aborigin setempat, Baakantji. Kelompok tersebut memberi nama kerangka pria itu, Kaakutja, yang berarti ‘kakak laki-laki’.
Kaakutja diperkirakan meninggal pada usia akhir 20-an atau awal 30-an. Ia juga akrab dengan kekerasan, ini berdasarkan bukti yan ditemukan. Tengkoraknya menyisakan dua bekas luka, salah satunya mungkin akibat senjata tajam.Namun, perutnya menunjukkan ia memiliki makanan terakhir udang karang dan tupai.
Peneliti mempelajari bahwa Kaakutja hidup sebelum era penggunaan logam di wilayah Australia, sehingga mereka harus mencari tahu apa yang mungkin telah membunuhnya. Mereka akhirnya menemukan catatan tentang tongkat suku Aborigin yang telah diasah tajam dan bumerang. Berdasarkan catatan dari abad ke-20 ini, peneliti mengaitkannya dengan pisau pedang yang membuat luka pada Kaakutja.
Pisau bumerang memiliki panjang hingga hampir setengah meter. Ia menjadi senjata yang baik dalam pertandingan, dan tentunya cocok dengan ukuran luka di kepala Kaakutja. Dahulu, bumerang dapat digunakan untuk menggali, membuat musik, dan menyembelih hewan.
Tidak jauh dari situs pemakaman Kaakutja, peneliti menemukan karya seni dari batu yang menggambarkan dua orang Aborigin berbeda memegang perisai, tongkat runcing, dan bumerang.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR