Nationalgeographic.co.id—Anak-anak di Selandia Baru tak akan bisa merokok secara legal sekalipun kelak mereka sudah dewasa. Sebab, pemerintah Selandia Baru telah mengumumkan undang-undang baru yang akan melarang generasi orang dewasa berikutnya membeli produk tembakau tersebut.
Kebijakan hukum ini dibuat pemerintah Selandia Baru sebagai bagian dari upaya mereka untuk menciptakan negara bebas rokok pada tahun 2025. Undang-undang baru terkait larangan merokok ini bakal mulai berlaku tahun depan.
Berdasarkan undang-undang baru ini, usia legal merokok di Selandia Baru akan dinaikkan setiap tahunnya. Jadi, berdasarkan kebijakan ini, mereka yang lahir setelah tahun 2008 tidak akan pernah diizinkan untuk membeli rokok seumur hidup mereka.
Mengumumkan kebijakan tersebut, menteri kesehatan Ayesha Verrall menjelaskan bahwa "merokok masih menjadi penyebab utama kematian yang dapat dicegah di Selandia Baru dan menyebabkan satu dari empat kanker."
"Kami ingin memastikan anak-anak muda tidak pernah mulai merokok, jadi kami akan membuat pelanggaran menjual atau memasok produk tembakau asap ke kelompok anak muda baru. Orang-orang yang berusia 14 tahun ketika undang-undang ini mulai berlaku tidak akan pernah bisa membeli tembakau secara legal."
Selain secara berkala menaikkan usia legal untuk merokok, undang-undang baru ini juga akan secara drastis membatasi jumlah nikotin yang dapat dikandung rokok, sekaligus mengurangi jumlah gerai yang diizinkan untuk menjual produk tembakau tersebut. Saat ini, sekitar 8.000 toko di seluruh Selandia Baru memiliki izin untuk menjual rokok. Namun angka ini diperkirakan akan turun hingga di bawah 500 pada saat undang-undang baru tersebut berlaku penuh.
"Kerugian terkait merokok sangat lazim di masyarakat Māori, Pasifik, dan berpenghasilan rendah kami," tambah Verrall seperti dilansir IFL Science. Itulah sebabnya pemerintah telah berkomitmen untuk memastikan ada "kepemimpinan Māori dan pengambilan keputusan di semua tingkat rencana aksi ini."
Menurut The Guardian, sekitar 29 persen populasi Māori adalah perokok harian. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan hanya 12 persen dari keseluruhan populasi Selandia Baru.
"Kami berada di jalur untuk populasi Eropa Selandia Baru [menjadi bebas rokok]," kata Verrall. "Masalahnya adalah, jika kita tidak mengubah apa yang kita lakukan, kita tidak akan berhasil untuk Māori – dan itulah [apa] yang menjadi fokus rencana ini."
Kebijakan progresif ini berisi juga rencana dukungan ekstra untuk membantu para perokok saat ini berhenti merokok. Terutama, membantu para perokok di komunitas Pribumi.
Baca Juga: Sejak Kapan Manusia Merokok? Ini Bukti Tertua Penggunaan Tembakau
Beberapa kritikus berpendapat bahwa langkah tersebut dapat memicu peningkatan penggunaan produk vape yang tidak terpengaruh oleh undang-undang baru atau mengarahkan para perokok ke pasar gelap untuk membeli rokok. Namun begitu, sebagian besar pakar kesehatan masyarakat menyambut baik rencana tersebut.
Misalnya, Profesor Janet Hoek dari University of Otago di Wellington menjelaskan bahwa "Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa merokok akan menyebabkan satu miliar kematian abad ini. Rencana Selandia Baru akan memiliki implikasi global yang mengubah lintasan ini dan membuat mengakhiri pandemi merokok menjadi prospek yang realistis."
Sementara itu, Chris Bullen, Profesor Kesehatan Masyarakat di University of Auckland, mengatakan bahwa langkah baru itu "bisa menjadi satu-satunya langkah paling signifikan yang kita ambil sebagai bangsa untuk mengurangi kematian dan penyakit yang dapat dicegah serta mengurangi kesenjangan kesehatan dalam beberapa tahun ke depan."
Baca Juga: Wanita Merokok Lebih Sedikit, Tapi Lebih Kecil Kemungkinan Berhenti
Sudut Pandang Baru Peluang Bumi, Pameran Foto dan Infografis National Geographic Indonesia di JILF 2024
Source | : | IFL Science,The Guardian |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR