Sejak kejadian sore itu, hubungan Soekarno dengan Oetari pun sampai ke telinga Tjokroaminoto. Namun, Tjokro tidak marah dan melarang putrinya menjalin cinta dengan muridnya. Oetari dibebaskan untuk memilih sesuai dengan keinginan hatinya.
Meski begitu, Soekarno tidak memperlihatkan rasa sayangnya kepada Oetari ke Tjokro. Dia tetap menghormati gurunya dan tidak ingin hubungan guru-murid itu retak.
Namun, peristiwa menyedihkan melanda keluarga Tjokroaminoto. Suharsikin, istri Tjokro dan ibu Oetari, tutup usia pada 1919.
Kepergian Suharsikin ini menyebabkan Tjokro kehilangan semangat. Oetari pun merasakan kesedihan mendalam.
Melihat itu, Soekarno pun merasakan kesedihan di hati Oetari. Hingga suatu ketika, paman Oetari bertanya kepada Soekarno, apakah dia memiliki perhatian kepada Oetari.
Spontan Soekarno menjawab, "Iya". Namun, masih ada keraguan di batin Soekarno. Usia mereka berdua masih muda. Oetari masih belasan, sedangkan Soekarno belum 20 tahun.
Namun, tekad Soekarno untuk menikahi Oetari telah bulat. Pernikahan itu kemudian digelar pada 1921, saat Soekarno berusia 20 tahun dan Oetari 16 tahun.
Pernikahan sederhana pun berlangsung di rumah kos Tjokroaminoto yang legendaris itu, di Gang 7 Paneleh, Surabaya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR