Diet kresek
Mengubah kebiasaan menggunakan kantung plastik bukanlah hal mudah, dan membutuhkan waktu lama. Untuk memperketat penggunaan kantung plastik Wali Kota Malang Mochamad Anto akan mengeluarkan Peraturan Wali Kota.
“Masih disusun Peraturan Wali Kota. Ada masa sosialisasi agar masyarakat tak kaget,” katanya. Sosialisasi itu termasuk mengkampanyekan dan mengajak warga untuk melakukan \'diet kresek,\' yakni sedapat mungkin tak menggunakan kantong kresek.
Pemerintah Kota Malang juga menggerakkan 1.500 kader lingkungan untuk berkampanye. Mereka melakukan sosialisasi mulai tingkat Rukun Warga. Selain itu, juga membuat aneka kerajinan berbahan tas kresek seperti bunga dan tas. Diharapkan, langkah-langkah itu akan bisa mengurangi tumpukan sampah plastik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang.
Setiap hari, kata Rahmat, warga Malang memproduksi sampah sampai 600 ton.
Sampah dominan
Sebagian sampah telah dipilah, sebagian didaur ulang yang sebagian digunakan untuk bahan kriya, dan sebagian ditabung di Bank Sampah Malang (BSM). Dalam skema Bank Sampah ini, setiap hari 4-5 ton sampah per hari masuk BSM, dengan total omset mencapai Rp 400 juta per bulan.
"Hasilnya lumayan, sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) berkurang tinggal 450 ton," kata Rahmat.
Di TPS, kata Rahmat, pemulung juga memilah dan memungut sampah hingga sampah yang dikirim ke TPA Supit Urang berkurang menjadi sekitar 420 ton. Sebagian besar adalah sampah plastik, lalu sekitar 30 persennya berupa sampah organik, kemudian kertas dan logam. Rahmat tak punya data berapa volume tas kresek, namun dalam pengamatan sepintas, kresek adalah sampah paling dominan.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR