Penelitian pertama terkait cara pemanasan global mempengaruhi kualitas menu makanan seseorang dan kesehatan mereka, telah sampai pada kesimpulan mengganggu. Kesimpulan itu yakni, pada tahun 2050, perubahan iklim dapat menyebabkan lebih dari setengah juta kematian, karena pola makan yang buruk.
(Baca : Video : Time-lapse Bumi Tunjukkan Cuaca Ekstrim Sepanjang Tahun 2015)
Gambarannya seperti ini, apabila produktivitas tanaman berkurang, disebabkan oleh keparahan kekeringan ataupun banjir. Hal ini akan berdampak pada komposisi menu makanan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi jutaan berat badan orang.
"Banyak penelitian telah melihat ketahanan pangan, tetapi sedikit yang berfokus pada efek kesehatan yang lebih luas dari produksi pertanian," jelas Dr Marco Springmann dala sebuah pernyataan, ia salah satu penulis makalah yang diterbitkan di The Lancet.
Perubahan ketersediaan pangan dan asupan juga mempengaruhi faktor risiko menu makanan dan berat badan, semuanya terkait, seperti konsumsi buah dan sayuran yang rendah, konsumsi daging merah tinggi, dan berat badan yang tinggi. Ini semua meningkatkan penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker, serta kematian akibat penyakit tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahkan sedikit penurunan jumlah makanan, hingga asupan kalori seseorang, mempengaruhi kesehatan masyarakat. Pergeseran produksi pangan dapat menyebabkan penurunan ketersediaan pangan rata-rata orang sebesar 3,2 persen. Ini setara dengan 99 kalori lebih sedikit per hari. Selain itu, mungkin ada penurunan 4 persen asupan buah dan sayuran. Hanya perubahan kecil dalam menu makanan, dapat membunuh 529.000 orang pada tahun 2050.
(Baca pula : Peta Terbaru Tunjukkan Wilayah Paling Rentan Perubahan Iklim)
Tim peneliti memprediksi, daerah yang akan paling terpukul adalah negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, seperti China dan India. Kedua negara itu dapat menyumbang kematian hampir tiga-perempatnya karena perubahan-perubahan dalam komposisi menu makanan.
Mereka mencatat bahwa mungkin ada beberapa efek positif, terutama adalah penurunan jumlah orang dengan obesitas, tetapi mereka juga menunjukkan bahwa ini diimbangi dengan peningkatan jumlah orang yang akan menjadi underweight dan sama-sama berisiko.
"Perubahan iklim mungkin memiliki dampak negatif yang cukup besar terhadap mortalitas masa depan, bahkan di bawah skenario optimis," kata Dr Springmann. "Upaya Adaptasi perlu ditingkatkan dengan cepat. Program kesehatan masyarakat difokuskan untuk mencegah dan mengobati menu makanan, serta faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan berat badan, seperti meningkatkan asupan buah dan sayur, harus diperkuat sebagai prioritas untuk membantu mengurangi efek kesehatan terkait iklim."
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR