DAMAI. Hanya itu kata yang terlintas saat melepas pandangan ke Taman Sogenchy di Kuil Tenryuji di kawasan Arashiyama, Kyoto, Jepang, awal Desember tahun silam.
Hamparan pasir putih beralur khas taman Jepang seolah membatasi kolam tak beriak dengan bebatuan yang terserak dalam formasi yang pas.
Ini berpadu dengan latar belakang bukit yang tertutup rimbun warna-warni daun musim gugur, menancapkan kesan yang dalam. Indah.
Putihnya bunga camelia, semburat jingga pheony, dan bunga-bunga subtropis lainnya melengkapi keindahan kompleks Kuil Tenryuji.
Tak ada kaki yang menginjak dan tak ada tangan usil yang memetik. Sejumlah wisatawan tak ingin kehilangan momen indah ini untuk berfoto.
Padat pengunjung, tak menghadirkan keriuhan. Seolah semua wisatawan yang datang punya tujuan sama, mencari keheningan. Tidak perlu banyak bicara, nikmati saja keindahan ini.
Keheningan pula yang terasa saat menyusuri hutan bambu yang berada di sekitar kuil. Berjalan di alur jalan sepanjang 500 meter yang membelah hutan bambu dilakukan dalam senyap, hanya ada gemeresik dedaunan bambu tertiup angin.
Mencapai Kuil Tenryuji tidaklah sulit. Dari Bandara Internasional Kansai Osaka naik kereta sekitar 30 menit menuju Tokyo, turun di Stasiun Saga Arashiyama. Harga tiketnya 3.130 yen atau sekitar Rp 356.800.
Adapun harga tiket masuk ke areal kuil 500 yen atau sekitar Rp 57.000, dan tambahan 100 yen jika ingin masuk ke bangunan-bangunan di areal kuil.
Dari stasiun menuju kuil hanya butuh berjalan sekitar 600 meter. Jika ingin bersepeda, di dekat pintu keluar stasiun tersedia penyewaan sepeda dengan tarif 1.000 yen atau sekitar Rp 114.000 per hari, atau dari pukul 09.00 hingga 15.00.
Kalau belum sempat menaruh koper di hotel, wisatawan dapat menitipkan koper di tempat penitipan dengan tarif 200 yen atau Rp 22.800 per koper.
Kuil Tenryuji adalah kuil Zen yang dibangun tahun 1339 oleh Shogun Ashikaga Takauji untuk mengenang Kaisar Go Daigo yang tewas dalam perang sipil. Dari perang itu, keluarga Ashikaga meraih kekuasaan. Pembangunan kuil ini dipercayakan kepada Zen master, Muso Soseki.
!break!
Keindahan dan keunikan kuil ini telah membuat UNESCO pada tahun 1994 menetapkan Kuil Tenryuji sebagai Warisan Budaya Dunia (World Cultural Heritage).
Jembatan Sagano
Arashiyama tak hanya dikenal karena Kuil Tenryuji-nya. Dari literatur yang ada, daerah ini menjadi tujuan wisata sejak periode Heian (794-1185). Wilayah di belahan selatan Kyoto ini semakin kuat daya tariknya terutama saat sakura bermekaran dan saat musim gugur.
Salah satu yang menjadi penanda pesona wilayah itu adalah Jembatan Togetsukyo, yang juga biasa disebut Sagano. Jembatan yang dibangun pada masa pemerintahan Heian dan direkonstruksi kembali tahun 1930-an ini menjadi tempat favorit wisatawan ber-selfie ria.
Berlatar belakang gugusan bukit yang rimbun dengan dedaunan warna-warni saat musim gugur, dan memutih semburat jingga saat sakura berbunga, membuat pelancong ingin mengabadikan momen keberadaannya di Sagano.
Meskipun saat musim liburan jembatan ini padat dengan lalu lalang pelancong dan kendaraan, dan sesekali melintas rickshaw, tidak ada kesan semrawut.
Semuanya berjalan penuh keteraturan, tak ada sampah yang berserakan meski di sekitar jembatan berderet toko dan kedai makanan.
Suasana tenang, bersih, dan semilir angin sejuk membuat betah berlama-lama duduk di tepian Sungai Hozu yang ada di sisi barat jembatan, atau di tepian Sungai Katsura yang ada di sisi timur jembatan, sambil melihat sesekali remaja-remaja Jepang berkimono melintas menuju kuil.
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR