Awal April 2016 Jakarta mengawali rencana penggusuran kawasan pinggiran kota tua, Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Namun ternyata bagian luar tembok kota "Batavia" lain yang tergusur minggu ini yakni kawasan Pasar Ikan.
Bagian luar tembok kota "Batavia" atau kawasan kota tua adalah Pasar Ikan dan Kampung Luar Batang.
Dalam pandangan Ketua Badan Pelestarian IAI Nasional Aditya W Fitrianto, sebuah kota tidak akan berkembang tanpa komponen penunjang yang menghidupinya.
Begitu juga Kota Batavia di masa lalu, perkembangan yang pesat sebagai kota Bandar Utama, hub (penghubung) jalur laut timur dan barat perairan Nusantara pada abad 16 hingga 19.
Menurut Aditya, pertumbuhan kota dalam tembok (walled city) ini memberikan kesempatan perkembangan wilayah di seputarnya, termasuk sisi luar tembok kota Batavia.
"Pada masa awal, kota dalam tembok ini hanya diperuntukan bagi para pendatang dari Negeri Belanda (bangsa Eropa). Pribumi (bangsa Nusantara) dan bangsa lain (China dan Arab) tinggal di luar tembok kota," ujar Aditya kepada Kompas.com, Jumat (15/4/2016).
Bagaimana kemudian perkembangan kota dalam tembok serta interaksinya dengan "dunia luar", Aditya menggambarkannya sebagai kawasan pemukiman berkarakter yang beragam.
Dari pecinan di seputar selatan kota, kawasan arab di sisi barat kota, hingga kawasan pemukiman padat, tempat sebagian orang yang tidak mampu beli di tanah resmi.
Salah satunya Kampung Luar Batang, di sinilah para pekerja kasar tinggal. Kampung Luar Batang, bermakna tempat tinggal di luar batang kayu (batas luar) yang saat itu sebagai penutup muara sungai di waktu malam.
Atau juga kadang dimaknai di luar benteng kota. Berdiri diatas tanah hasil sedimentasi muara Sungai Ciliwung yang mengalir melalui Kali Besar (big cannal).
Tumbuh di atas tanah yang masih labil, membuat wilayah ini dihuni sebagian kelompok warga suku bangsa Jawa dengan harga murah, sehingga akhirnya menjadi padat.
Dalam perkembangan kawasan berkembang pesat hingga dibuatkan sebuah Mushola tahun 1739 dan akhirnya diperluas menjadi Masjid untuk kepentingan ibadah dan kegiatan sosial lain di tengah kampung ini.
Dalam Masjid ini ada makam keramat salah satu khatib yaitu Sayid Husein bin Abubakar bin Abdilah Al-Aydrus (1758). Masjid ini kemudian menjadi salah satu wisata religius Kampung Luar Batang.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR