Menyaksikan Matahari tenggelam di langit Belitung adalah kegiatan yang tak boleh terlewat saat berplesir ke Pulau ini. Belitung memiliki banyak spot ciamik untuk menikmati detik-detik peralihan dari siang menuju malam. Entah ditengah kota maupun berkilo-kilo meter berkendara, senja di Belitung selalu menyuguhkan pemandangan yang tak kan dilupakan para wisatawan. Pantai Tanjung Pendam, Pelabuhan Tanjung Binga dan Pantai Tanjung Tinggi adalah sebagian dari pilihan menikmati senja di tanah Belitung.
Pantai Tanjung Pendam
Terletak di tengah kota Tanjung Pandan yang menjadi Ibu kota Kabupaten Belitung, pantai ini menjadi pantai paling ramai dikunjungi wisatawan sekaligus wisata pantai dengan fasilitas terlengkap. Pantai seluas 22 hektar ini dikelola langsung oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Belitung.
Setiap wisatawan yang masuk kawasan Tanjung Pendal dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 2.000,-. Dengan biaya masuk yang sangat murah, Tanjung Pendam menjadi tempat favorit para wisatawan maupun warga lokal. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di kawasan pantai ini selain menunggu matahari terbenam antara lain bermain pasir, berjemur, bersantai di pendopo-pendopo yang disediakan atau bermain layang-layang di sekitar pantai maupun di area lapangan yang cukup luas. Bagi penyuka benda-benda seni, sebuah pasar seni sederhana juga dibangun disekitar pantai menawarkan karya seni masyarakat Belitung.
Pada saat air laut surut, Pantai Tanjung Pendam akan terlihat seperti hamparan pasir yang luas. Air yang masih terjebak membentuk laguna yang memungkinkan wisatawan lebih jauh menggali keindahan Pantai Tanjung Pendam. Bagi wisatawan yang akan menghabiskan waktu disekitar pantai, perlu memperhatikan adanya lubang-lubang pasir hisap yang tercipta dari lubang bekas tambang. Meski kabarnya lubang-lubang ini telah ditimbun sehingga meminimalisir dampak yang ada namun wisatawan tetap diminta untuk berhati-hati. Lubang ini akan menjebak siapa saja yang menginjaknya dan bagi wisatawan yang lengah akan terasa dihisap masuk kedalam pasir halus tersebut.
Sesaat sebelum matahari terbenam pastikan kita telah berada diarea bibir pantai untuk menyaksikan sang surya secara dramatis terbenam ke lautan. Tepat di depan pantai Tanjung Pendam terdapat pulau Kalamoa, pulau ini seolah memberikan ornamen unik bagi pemandangan senja di Tanjung Pendam.
Jangan buru-buru beranjak setelah menikmati senja. Menikmati secangkir kopi Kong Djie yang legendaris sambil berbincang dengan wisatawan lainnya bisa menjadi pilihan menghabiskan waktu di tempat ini. Bagi yang menyukai keriuhan, bisa memilih café yang menyuguhkan live musik dari berbagai genre. Bagi pecinta musik Reggae, Café Kareso akan menjadi tempat yang menyenangkan, musik Reggae dari berbagai era akan diputar ditempat ini bahkan tak jarang kedai milik Haji Tarek ini mengundang musisi Reggae Nasional untuk memeriahkan suasana.
Jika makan malam tiba, wisatawan dapat memilih puluhan kedai dan rumah makan berdiri disekitar pantai. Hidangan olahan ikan laut hingga mie instan bisa ditemukan disini tinggal menyesuaikan dengan keadaan kantong dan budget yang dimiliki.
Desa Nelayan Tanjung Binga
Jembatan beton itu menjorok beberapa puluh meter ke laut menjadi spot favorit para wisatawan yang ingin menyaksikan terbenamnya matahari di perkampungan nelayan Tanjung Binga. Jembatan atau lebih tepatnya dermaga beton itu memungkinkan kita untuk berjalan cukup jauh ke tengah laut untuk menikmati senja. Perahu nelayan yang terparkir maupun hilir mudik menjadi foreground yang indah untuk diabadikan dalam bentuk foto bersama latar matahari yang terbenam.
Jika ingin pemandangan lain dari sekedar matahari yang terbenam, kita dapat langsung turun ke bibir pantai. Mengabadikan matahari terbenam dari balik tiang-tiang dermaga, baik dermaga beton yang berdiri kokoh maupun dermaga kayu yang dibangun oleh para nelayan di Tanjung Binga.
Tanjung Binga merupakan perkampungan nelayan yang cukup besar di Belitung. Uniknya nelayan di Tanjung Binga tak hanya berasal dari Belitung saja namun kebanyakan dari mereka justru berasal dari suku Bugis, suku yang dikenal sebagai asal para pelaut ulung.
Berbeda dari banyak pantai yang ada di Belitung, Tanjung Binga tak menawarkan begitu banyak keindahan yang kasat mata. Kegiatan para nelayan dan interaksi menjadi suguhan pemandangan yang tak kalah seru untuk diabadikan. Tempat ini juga menjadi tempat alternatif keberangkatan untuk menjelajah ke pulau lengkuas, batu berlayar dan lainnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR