Badai petir melanda Bangladesh telah menelan korban hingga 56 jiwa, puluhan lainnya terluka. Korban tewas tersambar petir sebagian besar adalah petani yang bekerja di sawah. Adapula siswa yang sedang bermain sepak bola di lapangan.
Bangladesh terkenal dengan kerentanannya terhadap badai petir, namun peristiwa kali ini adalah yang terparah jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Para ahli meyakini bahwa penggundulan hutan yang tinggi dan perubahan suhu udara menyebabkan peningkatan tersebut.
Jika ditotal, jumlah korban dari bulan Maret 2016 mencapai 90 jiwa. Angka ini juga jauh lebih tinggi dengan total kematian akibat tersambar petir pada tahun 2015, yakni sebanyak 51 orang. Jika jumlah kematian akibat petir terus meningkat, Bangladesh bisa masuk dalam kategori darurat bencana alam.
Kepala badan penanggulangan bencana Bangladesh, Mohammad Riaz Ahmed mengatakan kepada VOA bahwa badai petir akan terus berlangsung hingga akhir bulan ini. (Baca : Nasima Akter, Peselancar Wanita Pertama Bangladesh)
“Kami akan melakukan semua upaya, konsultasi ilmuwan, dan ahli manajemen bencana lainnya sehingga petir tidak menjadi ancaman besar di Banglades,” katanya.
Antisipasi harus dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya badai petir yang lebih besar akhir Mei.
“Seperti yang telah kami catat, frekuensi petir telah meningkat secara bertahap sejak tahun 1981, karena variabilitas iklim dan peningkatan suhu,” kata M Abdul Mannan, pejabat Departemen Meteorologi di Dhaka.
“Suhu di negeri ini ditandai dengan kenaikan yang signifikan tahun ini, yang tampaknya menjadi penyebab di balik peningkatan insiden petir,” kata Mannan lagi. (Baca pula : Hati-hati Pakai Telepon Genggam Saat Cuaca Buruk, Ini Akibatnya)
Menurut Mannan, jumlah pohon juga diyakini telah memicu peningkatan frekuensi sambaran petir.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR