Beberapa tahun belakangan ini muncul prediksi bahwa lautan dunia akan berisi lebih banyak plastik dibanding ikan pada tahun 2050. Prediksi ini tentu saja mesti diiringi dorongan untuk peduli lingkungan dengan beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, salah satunya adalah penggunaan plastik biodegradable.
(Baca : Kurangi Sampah Plastik, Mungkinkah Mengganti Keresek dengan Kardus?)
Plastik biodegradable telah lama disebut-sebut sebagai inovasi ramah lingkungan, tetapi satu laporan terbaru dari PBB mengatakan bahwa plastik ini hanya berkontribusi sedikit untuk benar-benar melindungi planet dan makhluk laut.
"Plastik ditandai sebagai \'biodegradable\' tidak terurai cepat di laut," kata laporan yang diterbitkan Senin.
Laporan setebal 179 halaman terkait sampah plastic di laut ini adalah salah satu dari beberapa dokumen yang dirilis untuk United Nations Environment Assembly, yang dimulai Senin di Nairobi, Kenya.
Plastik dapat menyebabkan kerusakan ekologi yang serius. Saat ini, plastik ditemukan di setiap laut dan pada setiap garis pantai dari Kutub Utara melalui daerah tropis ke Antartika. (Baca juga : Kurangi Sampah Plastik, Banda Aceh Budayakan Pakai Keranjang)
Plastik biodegradable - yang digunakan untuk tas belanja, botol air dan wadah makanan - dirancang untuk menjadi lebih tahan lama dan mampu terurai cepat dalam lingkungan. Masalahnya, adalah bahwa kondisi yang diperlukan untuk plastik tersebut untuk terurai hampir secara eksklusif di kompos industri, bukan di laut.
“Deskripsinya seperti bermaksud baik tapi salah," ungkap Jacqueline McGlade, kepala ilmuwan di Program Lingkungan PBB dilansir dari The Guardian.
"Banyak plastik berlabel biodegradable, seperti tas belanja, hanya akan terurai pada suhu 122 derajat Fahrenheit, dan itu bukan suhu lautan," kata McGlade
"Mereka juga tidak terapung, sehingga akan tenggelam, dan tidak akan terkena UV untuk terurai."
PBB memperkirakan bahwa produksi plastik global tumbuh 4 persen sepanjang tahun 2013-2014, melebihi 311 juta metrik ton. Setidaknya 8 juta metrik ton (setara dengan satu truk sampah setiap menit) bocor ke laut setiap tahun, menurut World Economic Forum.
PBB mengatakan meningkatkan pengumpulan sampah dan manajemen adalah solusi paling mendesak untuk mengurangi sampah plastic saat ini, tetapi sikap sosial juga penting. (Baca pula : Wiraswasta \'Hijau\' Ubah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar)
Terdapat argumen moral yang tidak bisa kita biarkan untuk laut menjadi lebih tercemar dengan sampah plastik, dan sampah sembarangan yang mengalir ke lautan harus dianggap sebagai keprihatinan bersama umat manusia. Mengingat, sekali lagi plastik biodegradable tidak terurai di laut !
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR