Sampah plastik yang dihasilkan oleh manusia seringkali terabaikan keberadaanya. Dari penggunaan plastik tersebut, dapat dibayangkan berapa banyak sampah plastik yang dihasilkan oleh manusia.
Kendala yang dihadapi hingga saat ini adalah kesadaran manusia dalam melakukan kegiatan daur ulang sampah plastik tersebut hingga volumenya kian meningkat. Tak heran jika kini sampah plastik masih terus menjadi fokus dunia.
Di area DKI Jakarta, tumpukan sampah di pinggiran pesisir pantai terus menumpuk. Sampah-sampah tersebut berasal dari limbah keluarga, gedung perkantoran, hotel, dan gedung-gedung lainnya.
Limbah-limbah tersebut mengalir melalui sembilan sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Pencemaran sampah yang terjadi saat ini telah mencapai 60 kilometer.
Jaraknya pun dapat mencapai kepulauan Kep. Seribu. Dari sejumlah penelitian yang dilakukan, perairan di Teluk Jakarta saat ini terkandug logam berat seperti timbal, tembaha, dan cadmium.
Menurut data yang dilansir oleh Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih, total jumlah sampah mampu mencapai 68 juta ton pada tahun 2019 nanti. Begitu pula sampah plastik yang diperkirakan mencapai 9,52 ton.
Limbah sampah sendiri berbahaya ketika sampai mencemari laut, dan masalah ini perlu segera ditemukan jalan keluarnya. Jika tidak, maka flora dan fauna yang berhabitat di laut akan terkena dampak buruknya.
Flora dan fauna yang hidup di laut akan terkena dampak dari limbah yang tercampur zat berbahaya seperti cairan buangan kapal-kapal. Sampah yang mengendap ke dalam tanah justru tak membawa solusi yang berarti, hal tersebut malah akan membawa efek buruk bagi laut kedepannya.
Jambeck (2015) pun mengungkapkan bahwa Indonesia menempati posisi kedua penyumbang sampah terbesar setelah Cina. Setiap tahunnya Indonesia mampu menyumbang sampah hingga 187,2 juta ton. Sedangkan Cina mencapai 262,9 juta ton. Negara tetangga seperti Filipina berada di posisi tiga dengan produksi sampah ke laut sebesar 83,4 ton.
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR