Pantai Botubarani di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo mendadak terkenal di kalangan wisatawan lokal dan mancanegara karena keberadaan hiu paus yang menetap di pantai tersebut. Kampung yang dulu sepi itu mendadak ramai dikunjungi orang yang ingin menyaksikan dan berinteraksi dengan hiu paus.
Bupati Bone Bolango Gorontalo, Hamiem Pou, mengatakan bahwa semaraknya kedatangan turis lokal dan mancanegara harus dirasakan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Hal ini dinyatakan saat ia dan rombongannya mengunjungi pantai Botubarani, Rabu, (20/07/2016).
“Kita belum punya kepercayaan diri karena suasana di sini masih suasana kampung. Tapi memang begitu, di sini pariwisatanya dikelola dengan managament rular. Di mana masyarakat sekitar mengambil manfaat dari keberadaan paus hiu ini,” jelas Hamiem.
“Tapi penataannya dibikin bagus, tetap dalam suasana kampung tapi harus bersih. Ada toilet, ada ruang bilas, makanannya juga makanan kampung tapi tetap bisa dinikmati semua orang,” lanjutnya lagi.
Selanjutnya ia akan menata kampung sekitar pantai dalam tahun ini juga. “Dalam waktu dekat kita akan pasang payung-payung. Lalu warung-warung di sepanjang pantai, akan kita tata supaya ada ruang kosong di sini, jadi lebih lega untuk mereka yang akan datang. Kita malu kalau masih begitu modelnya,” tandas Hamiem Pou.
Dalam catatan Hamiem Pou dalam dua bulan terakhir, Pantai Botubarani sudah dikunjungi wisatawan lokal sebanyak 26.000 orang, sedangkan untuk wisatawan mancanegara sudah 600 orang. Angka yang luar biasa untuk masyarakat Gorontalo.
Untuk melihat hiu paus yang hanya berjarak 20-30 meter dari tepi pantai, masyarakat harus menyewa perahu dengan harga Rp.15.000/per orang. Untuk memancing hiu paus keluar permukaan air setiap perahu dibekali makanannya, satu atau beberapa bungkus kulit udang yang dijual seharga Rp.10.000/bungkus. Jika dihitung kasar pemasukan dari sewa perahu dan umpan makanan dalam dua bulan terakhir hampir mencapai Rp.400 juta.
Belum lagi untuk makanan dan minuman yang dijual untuk wisatawan. Pemasukan dari sewa perahu dan umpan makanan hiu paus dibagi untuk pemilik perahu, pengurus koperasi dan kampung. Di sana ada 80 lebih perahu yang disewakan. Desa juga mengelola pemasukan parkir dari wisatawan yang datang berkunjung dengan kendaraan roda dua dan empat.
Fenomena kemunculan paus hiu di Pantai Botubarani dimulai sejak tiga tahun yang lalu. Di sana terdapat pabrik olahan makanan laut yang biasa membuang limbah kulit udang ke laut. Tak dinyana hal itu menarik perhatian paus-paus hiu yang sedang bermigrasi. Dari hanya beberapa paus hiu yang datang ke temapt pembuangan itu sekarang sudah mencapai belasan. Diduga paus-paus hiu itu sudah menetap di sana membentuk komunitas tersendiri.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR