Observatorium Bosscha memecahkan rekor saat melakukan pengamatan bulan sabit tipis pada Rabu (3/8/2016) kemarin.
Dalam pengamatan yang dilakukan, pengamat Muhammad Yusuf dan timnya di observatorium yang berkolasi di Lembang, Bandung, itu berhasil memotret bulan sabit tertipis.
"Kami berhasil mengamati bulan sabit dengan elongasi 3 derajat 44 menit busur. Ini rekor tertipis yang pernah kami capai," kata Kepala Observatorium Bosscha, Mahasena Putra.
"Dengan ini kami sudah mendekati rekor dunia. Untuk elongasi bulan sabit, saat ini rekor dunia-nya adalah 3 derajat 27 menit busur," imbuhnya.
Elongasi bulan adalah sudut yang dibentuk oleh bulan dan matahari. Elongasi ini bervariasi dari waktu ke waktu. Setiap obyek di alam semesta memiliki elongasi maksimum secara relatif terhadap obyek lainnya.
Memiliki elongasi hanya 3 derajat 44 menit, bulan yang dipotret oleh tim Bosscha artinya berjarak sangat dekat dengan matahari.
Dengan jarak sedekat itu, bulan sangat sulit dipotret, bahkan dengan menggunakan teleksop beserta penyaring dan teknik olah gambar.
Kepada Kompas.com, Kamis (4/8/2016), Mahasena mengatakan, "Untuk memotret bulan sabit kemarin, kami menggunakan teleskop dengan filter I."
Filter digunakan untuk menyaring cahaya di sekitar bulan. Filter I menyaring cahaya pada panjang gelombang 8.000 - 9.000 Angstrom.
Hasil foto kemudian diolah dengan perangkat tertentu sehingga bulan bisa terlihat. Pengamatan dengan bantuan filter I saja tak akan bisa membuat bulan terlihat dengan mata telanjang.
Tim Bosscha mengamati bulan selama beberapa jam. Bulan sabit berelongasi 3 derajat 44 menit didapatkan saat pengamatan pukul 9.00 WIB. Pukul 10.05, Bosscha memotret bulan sabit berelongasi 3 derajat 51 menit.
Apakah keberhasilan pengamatan bulan sabit tertipis ini akan memberi harapan pada kesatuan permulaan Ramadhan dan Syawal?
Mahasena mengatakan, pengamatan bulan sabit di Bosscha awalnya memang terkait pengamatan hilal Ramadhan dan Syawal. Namun, keberhasilan pengamatan bulan tertipis ini tak akan berdampak banyak pada masalah tersebut.
Alasannya, bulan sabit tertipis ini ditangkap pada siang hari. Sementara itu, hilal didefinisikan sebagai bulan sabit tipis yang dilihat saat senja.
Selain itu, hilal dianggap harus terlihat dengan mata telanjang. Sementara, bulan sabit tertipis ini dilihat dengan filter dan bantuan teknik olah gambar. "Ada perdebatan tentang pengertian melihat," kata Mahasena.
Bagaimana pun, keberhasilan ini menarik. Dan yang terpenting, siapa pun sebenarnya bisa berperan memecahkan rekor bulan sabit tertipis. Termasuk Anda. Selama ini, pengamatan justru banyak dilakukan astronom amatir.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR