Para astronom dikejutkan dengan perubahan warna pada pola awan besar berbentuk segi enam (heksagonal) yang ada di kutub utara Planet Saturnus. Struktur yang dihasilkan oleh putaran badai raksasa itu awalnya berwarna biru, namun foto terbaru yang diambil oleh pesawat luar angkasa Cassini pada September lalu menunjukkan pola segi enam tersebut kini berwarna keemasan.
Hipotesis terbaik sejauh ini yaitu Saturnus tengah mengalami perubahan cuaca. Karena satu tahun di Saturnus setara dengan 29 tahun Bumi, perubahan cuaca di planet tersebut terjadi setiap tujuh tahun sekali. Peningkatan intensitas cahaya matahari selama tiga tahun belakangan diduga dapat menjelaskan kabut keemasan tersebut.
“Perubahan warna kemungkinan efek dari perubahan musim Saturnus. Secara khusus, perubahan warna dari kebiruan menjadi rona emas diperkirakan akibat peningkatan produksi kabut fotokimia di atmosfer karena kutub utara mulai mengalami titik balik Matahari musim panas pada 2017,” jelas NASA dalam keterangan persnya.
Peneliti menduga, struktur segi enam ini bertindak sebagai penghalang yang mencegah kabut atau partikel aerosol yang dari luar masuk ke dalam struktur. Selama malam musim dingin di kutub antara November 1995 hingga Agustus 2009, atmosfer di kutub utara Saturnus bersih dari aerosol yang dihasilkan dari reaksi fotokimia—reaksi yang melibatkan cahaya Matahari dan atmosfer.
Setelah musim dingin berlalu, daerah kutub utara Saturnus mulai terpapar sinar Matahari terus menerus, menyebabkan produksi aerosol di dalam segi enam dan di sekitarnya menjadi aktif, sehingga membuat wilayah tersebut saat ini menjadi berkabut dengan warna keemasan.
Perlu digarisbawahi, bahwa hipotesis tersebut belum dikonfirmasi. Saat ini, ilmuwan NASA sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan mengandalkan data dari pesawat luar angkasa Cassini, yang hingga kini masih mengorbit di sekitar Saturnus dan bulan-bulannya.
“Efek lainnya, termasuk perubahan sirkulasi atmosfer, juga bisa memainkan peran dalam perubahan warna ini. Para ilmuwan berpikir pola pergeseran musiman dari pemanasan matahari mungkin mempengaruhi angin di daerah kutub,” jelas NASA melalui laman webnya.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR