Kita mengenal Soepratman sebagai jurnalis harian terkemuka Sin Po. Dia mulai bermain biola dalam sebuah kelompok musik di Makassar. Sebagai jurnalis, karya jurnalistiknya tak ada yang terekam. Sebagai pemusik pun, hanya segelintir partiturnya yang sampai pada kita.
Pada Minggu, 28 Oktober 1928, beberapa saat seusai para pemuda mengikrarkan sumpah mereka pada Kongres Pemuda II, Soeharto kembali menyaksikan pentas kecil Soepratman yang mengharukan. “Saya menyaksikan betapa hebatnya lagu itu disambut Kongres,” ungkapnya. “...dan Soepratman dengan senyum-senyum dan mata yang berkaca-kaca menerima ucapan selamat dan pelukan para hadirin.”
Pemerintah Hindia Belanda memang pernah melarang untuk mengadakan rapat-rapat, sebutan pelarangan zaman itu “vergader-verbod”. Dari partai politik, organisasi pemuda, sampai organisasi wanita yang dianggap revolusioner akan diberangus. Lewat Politieke Inlichtingen Dienst (PID), pemerintah memantau kegiatan politik. Agen-agen PID kerap disusupkan dalam segala macam rapat politik. Bahkan, acara selamatan atau sunatan pun harus seizin mereka. Siapa saja yang melanggar, bakal berurusan dengan pengadilan.
“Petugas PID yang juga hadir biasanya sangat mengganggu rapat-rapat pemuda dengan tegoran-tegorannya, nampak diam bengong,” kenang Soeharto. “Mungkin karena tidak dapat menangkap dengan cepat maknanya, mungkin juga karena ikut terharu.”
Bagi Soeharto, Kongres Pemuda 1928 merupakan peristiwa monumental bagi dirinya sendiri dan sejarah perjuangan Indonesia lewat ikrar Sumpah Pemuda. Menurutnya, sejak 1928 hingga awal 1945, pemuda tidak memberikan kejutan-kejutan yang spektakuler. Kejutan dari para pemuda baru terjadi pada Peristiwa Blitar Februari 1945, ungkapnya, yang disusul Gerakan Rakyat Baru, dan hari-hari jelang Proklamasi Kemerdekaan.
Kisah ini dinukil dari catatan Soeharto bertajuk “Panca Dasa Warsa Sumpah Pemuda” yang merupakan kumpulan tulisan dalam buku Bunga Rampai Sumpah Pemuda. Buku itu dihimpun oleh Yayasan Gedung-gedung Bersejarah Jakarta, dan diterbitkan Balai Pustaka, untuk memperingati 50 tahun Sumpah Pemuda pada Oktober 1978.
“Harapan saya jangan hendaknya pemuda-pemuda kita sekarang mengadakan perkumpulan atau kelompok-kelompok yang bersifat kedaerahan. Himpunlah semua kekuatan dalam wadah seperti yang kini dimiliki oleh Pramuka Indonesia.”
Sepanjang ingatannya, sejumlah pemuda lain yang turut indekos di gedung itu kelak menjadi pejabat dalam pemerintahan Soekarno. Mohammad Jamin asal Sawahlunto (kelak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), Amir Sjarifoedin asal Medan (kelak Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan), Adnan Kapau Gani asal Agam (kelak Wakil Perdana Menteri, Menteri Perekonomian dan Kemakmuran), Aboe Hanifah asal Padang Panjang (kelak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Duta Besar di Roma).
Lalu bagaimana nasib Soeharto?
Tidak lama setelah Kongres Pemuda II, dia pindah ke pemondokan lebih mewah di Jalan Tanah Komandan, yang menurutnya memiliki suasana lebih tenang untuk belajar. Dia mendapat gelar ilmiah “Arts” ( dokter ) dari GHS pada 25 Mei 1935. Dari institusi yang sama, dia juga mendapat gelar ilmiah “Medicinae Doctorem” (doktor) pada 14 April 1937. Sepanjang 1942-66, dia menjabat sebagai dokter pribadi Sukarno. Dialah yang memberikan suntikan chinine-urethan dan tablet broomchinine kepada Soekarno yang sedang demam malaria nan hebat beberapa saat jelang Proklamasi Kemerdekaan. Dia juga turut memprakarsai lahirnya Universitas Gadjah Mada pada 1949, dan lahirnya Ikatan Dokter Indonesia pada 1950. Sementara, gelar Mayor Jenderal Tituler dianugerahkan kepadanya pada 7 Agustus 1964.
“Corak masyarakat kita nanti banyak ditentukan oleh corak pemuda kita sekarang ini,” tulis Raden Soeharto dalam paragraf terakhir catatannya setelah setengah abad peristiwa di Indonesische Club. “Harapan saya jangan hendaknya pemuda-pemuda kita sekarang mengadakan perkumpulan atau kelompok-kelompok yang bersifat kedaerahan. Himpunlah semua kekuatan dalam wadah seperti yang kini dimiliki oleh Pramuka Indonesia.”
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR