Untuk pertama kali dalam 64 tahun terakhir, para ilmuwan dengan bantuan penduduk lokal berhasil menemukan ular Boa Cropan (Corallus cropanii) dalam keadaan hidup. Boa Cropan betina sepanjang 1,6 meter tersebut ditemukan pada Januari lalu di desa Guapiruvu, Brasil.
“Ini adalah pertama kalinya sejak tahun 1953 para ahli biologi melihat boa Cropan hidup-hidup,” ujar ahli herpetology University of Sao Paulo, Thaís Guedes. Ular yang merupakan spesies asli Hutan Atlantik di luar Sao Paulo itu dianggap boa paling langka di Bumi.
Ular ini kerap dibunuh oleh para penduduk lokal karena dikira berbisa dan mematikan. Perilaku tersebut membuat para ilmuwan hanya bisa mempelajari tentang spesies ini melalui spesimen yang telah mati—sekitar lima spesimen dalam rentang waktu 64 tahun terakhir.
Jasad ular tersebut hanya memberikan informasi dasar tentang penampilan ular, seperti warna kulit dan ukuran, tetapi tak bisa mengungkap lebih banyak tentang perilakunya.
Para peneliti pernah berupaya melakukan ekspedisi ilmiah ke Lembah Riberia, tempat beberapa boa Cropan pernah ditemukan beberapa dekade lalu. Namun ekspedisi itu tak membuahkan hasil apa pun.
Tahun lalu, para peneliti menggunakan cara yang berbeda. Mereka menyebarkan informasi pada masyarakat lokal tentang boa langka tersebut. Peneliti menyertakan foto ular tersebut di dalam brosur untuk memudahkan penduduk mengenali hewan itu.
“Tim peneliti juga meyakinkan para penduduk lokal bahwa ular tersebut hanya menggigit jika terprovokasi, dan gigitannya tak berbisa,” ujar Guedes.
Selain itu, para penduduk juga diajarkan bagaimana cara menangkap ular tersebut dan mengamankannya dalam keranjang. Para peneliti juga memberi mereka alamat email, nomor telepon dan kontak WhatsApp untuk dihubungi jika penduduk berhasil menangkap boa tersebut.
Kini, setelah para peneliti memeriksa spesimen hidup boa langka tersebut, mereka menanamkan pelacak radio kecil dan melepaskan hewan itu kembali ke Lembah Riberia. Dengan pelacak itu, para peneliti dapat mengetahui informasi tentang rentang hidup dan kebiasaan kawin spesies tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR