Baca juga: Dua Srikandi Pertama Indonesia Berhasil Mencapai Puncak Vinson Massif, Antartika
Lain lagi dengan Mathilda, ia paling menyukai pendakian di Kilimanjaro. “Di Antartika semuanya putih, bersalju. Kalau di Kilimanjaro, karakteristik tiap zona berbeda-beda. Mulai dari hutan hujan hingga akhirnya puncak bersalju. Kalau salju semua, bosan juga,” jelas Mathilda sambil tertawa.
Dua perempuan berusia 23 tahun ini juga menyebutkan bahwa motivasi mereka untuk melakukan ekspedisi ini mesti diiringi dengan kedisiplinan tinggi terkait timeline. “Kami membuat timeline untuk menyelesaikan misi. Selain latihan, kami juga punya kewajiban terkait perkuliahan. Kami harus terus berjalan sesuai rencana.”
Bendera Merah Putih berkibar di puncak tertinggi Antartika ini pada 4 Januari 2017. pukul 23.48 waktu setempat. Mathilda dan Fransiska masih akan mempersiapkan diri untuk mendaki dua lagi untuk mendapat seven summiteers. Berikutnya, mereka akan melakukan pendakian di Gunung Denali (6.190 mdpl) di Alaska dan Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal. Anda bisa membaca kisah mereka selama pendakian di National Geographic Indonesia edisi April 2017.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR