Sejak ribuan tahun lalu, tanaman ganja sebenarnya sudah dipakai dalam pengobatan herbal. Namun, pemakaian ganja untuk pengobatan modern di seluruh dunia masih menuai kontroversi.
Pelarangan ganja untuk dipakai dalam pengobatan antara lain karena kekhawatiran meluasnya penyalahgunaan. Di banyak negara, ganja masih dianggap sebagai narkotika yang dilarang.
Memang ada sebagian negara yang memperbolehkan pemakaian ganja secara medis, walau terbatas. Dalam pengawasan ketat dokter, zat aktif dalam ganja bisa dipergunakan untuk mengatasi penyakit epilepsi, mengurangi nyeri, serta kejang berulang.
Baca juga: Benarkah Kita Telah Melebih-lebihkan Bahaya Ganja Pada Remaja?
Dalam studi terbaru yang dimuat dalam jurnal Drug and Alcohol Dependence diungkap apa saja manfaatnya bila ganja untuk pengobatan medis dilegalkan.
Penelitian itu dilakukan di 27 negara bagian di Amerika Serikat antara tahun 1997-2014. Ketika ganja sebagai obat dilegalkan, ternyata angka perawatan rumah sakit karena ketagihan ganja turun sampai 23 persen. Bukan hanya itu, tingkat overdosis juga menurun 11 persen.
Yuyan Shi, ketua peneliti, mengatakan memang terlalu dini untuk menyebut hasil penelitiannya bisa dipakai untuk mendukung legalisasi ganja sebagai cara mencegah kecanduan dan overdosis.
"Walau begitu, pembuat kebijakan seharusnya juga mempertimbangkan konsekuensi positif dari melegalkan ganja dalam pengobatan," kata Shi, asisten profesr kedokteran keluarga dan kesehatan masyarakat dari Universitas California di San Diego.
Baca juga: Menelusuri Pembuatan Mumi di Papua Nugini
Pemanfaatan ganja dalam pengobatan medis di beberapa negara bagian AS atau Inggris diperbolehkan untuk pasien kanker, glaukoma, HIV/AIDS, nyeri kronik, depresi, epilepsi, kejang, atau kekakuan otot yang terus menerus.
Pasien yang ingin menebus obat berbahan ganja harus menunjukkan kartu. Untuk mendapatkannya, dokter akan melakukan pemeriksaan sebelum mengeluarkan catatan bahwa kita memang membutuhkan obat tersebut.
Manfaat bagi pasien Alzheimer
Dalam uji laboratorium, suatu bahan aktif dalam mariyuana, THC, mencegah pembentukan plak yang dikaitkan dengan penyakit Alzheimer.
Baca : Kenangan yang Hilang pada Penderita Alzheimer Bisa Pulih
Suatu substansi yang ditemukan dalam mariyuana kemungkinan dapat menghilangkan plak di otak yang dikaitkan dengan penyakit Alzheimer, menurut sebuah studi baru.
Menulis dalam jurnal Aging and Mechanisms of Disease, para peneliti dari Salk Institute mengatakan bahwa senyawa kimia THC (tetrahidrokanabinol) dan komponen-komponen aktif lainnya dalam mariyuana dapat "mendorong hilangnya protein beta amyloid beracun yang dikaitkan dengan penyakit Alzheimer" dalam syaraf-syaraf yang ditumbuhkan di laboratorium.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR