Hujan meteor tahunan yang satu ini sudah mulai beratraksi di langit malam sejak tanggal 16 April dan berakhir tanggal 25 April, beberapa hari setelah malam puncaknya. Tanggal 22-23 April akan jadi malam puncak bagi atraksi lintasan-lintasan bintang jatuh yang tampak datang dari rasi Lyra, konstelasi berbentuk alat musik petik.
Hujan meteor Lyrid terjadi ketika Bumi melintasi sisa puing komet C/1861 G1 Thatcher. Saat pertama kali diamati dari Bumi sekitar 2600 tahun lalu, hujan meteor Lyrid pernah mencapai puncak dengan laju 100 meteor per jam. Akan tetapi, laju hujan meteor Lyrid semakin semakin menurun dan kini yang bisa dilihat hanya berkisar 10-20 meteor per jam saat hujan Meteor Lyrid berlangsung.
Debu ekor komet Thatcher C/1861 G1 yang jadi sumber dari hujan meteor Lyrid, ditemukan oleh A. E. Thatcher. Berdasarkan perhitungannya, Thatcher menyimpulkan kalau komet tersebut merupakan komet periode panjang dengan periode 415 tahun dan baru akan kembali ke Bumi di akhir abad ke-23. Komet Thatcher memiliki kemiringan orbit hampir 80 derajat terhadap Tata Surya dan ukurannya tidak lebih besar dari butiran pasir. Butiran debu inilah yang memasuki atmosfer Bumi dan melintas cepat dengan kecepatan 49 km/det.
Meskipun malam puncak diperkirakan tanggal 22 – 23 April, hujan meteor Lyrid bisa berlangsung cukup intens dengan laju rata-rata 18 – 23 meteor per jam selama 3 hari.
Bagi pengamat di Bumi, waktu terbaik untuk menikmati Hujan Meteor Lyrid adalah tengah malam sampai jelang fajar. Meskipun demikian rasi Lyra yang menjadi arah datang hujan meteor Lyrid akan terbit pukul 22:00 WIB. Di Indonesia, rasi Lyra bisa dilihat di area timur laut.
Hujan meteor Lyrid dapat dinikmati pengamat di Indonesia. Keuntungan lain, Bulan sabit tipis yang terbit tengah malam tidak akan mengganggu pengamat dengan cahayanya. Bulan sedang menuju fase Bulan Baru pada tanggal 26 April. Hujan meteor Lyrid memiliki kemungkinan untuk menghasilkan fireballs atau meteor yang sangat terang seperti Bulan Purnama.
Untuk bisa menemukan hujan meteor Lyrid, arahkan pandangan ke langit, tepatnya ke arah timur laut dan carilah segitiga musim panas (Vega, Deneb & Altair). Deneb adalah bintang paling cerlang pada rasi Cygnus, Altair pada rasi Aquila dan pusatkan perhatian Vega, bintang paling terang pada rasi Lyra. Dari arah rasi Lyra inilah akan tampak berkas sinar berseliweran dengan cepat. Itulah hujan meteor Lyrid.
Sambil menunggu hujan meteor Lyrid para pengamat juga bisa menikmati kehadiran hujan meteor Pi Puppid yang akan mencapai puncaknya pada tanggal 23 April. Saat Matahari terbenam, rasi Puppis yang jadi arah datang hujan meteor Puppid sudah berada di zenit. Karena itu, pengamat sudah bisa menikmati atrasi hujan meteor Pi Puppid sejak Matahari terbenam sampai rasi ini terbenam jelang tengah malam.
Untuk menemukan Hujan Meteor Pi Puppid, arahkan pandangan ke rasi Puppis yang berada tak jauh dari rasi Canis Mayor. Dari rasi Puppis yang berbentuk dek kapal inilah, akan tampak hujan meteor Pi Puppid yang berasal dari sisa debu yang terlontar Komet 26P Grigg-Skjellerup.
Selain Hujan meteor Pi Puppid, kehadiran planet-planet seperti Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus tentu menjadi warna tersendiri. Planet merah Mars akan menemani pengamat di ufuk barat saat Matahari terbenam. Di ufuk timur, planet terbesar di tata Surya, Jupiter juga terbit dan akan menemani pengamat sampai jelang fajar saat planet ini terbenam. Saturnus akan terbit hampir beriringan dengan munculnya rasi Lyra di langit malam. Jelang dini hari, Bulan sabit tipis terbit disusul Venus si bintang kejora.
Clear Sky!
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR