Salah satu tempat terpanas di Bumi adalah Lut Desert di Iran. Pada tahun 2005, NASA mencatat suhu Lut sebesar 159,3 Fahrenheit—suhu permukaan tertinggi sepanjang sejarah.
Namun, satu hewan ini telah berevolusi untuk menaklukkan ganasnya panas Lut. Rubah Rüppell mampu mengatasi panasnya pasir Iran dengan menghemat air yang di dalam tubuh.
Mereka berburu mangsa dengan tenang pada malam hari dan menghindari kehilangan kelembaban yang berharga bagi mereka. Dengan cara tenang itulah, mereka mampu menghemat air yang didapat dari tubuh mangsanya tersebut.
Selain kemampuannya dalam menghemat air, tubuh kecilnya juga membantu menghilangkan panas. Tingkat metabolismenya yang rendah turut membantu menghemat energi, disertai dengan urin terkonsentrasi yang mengurangi sedikit air dari dalam tubuh.
Greater Bilby
Australia dikenal sebagai tempat bersenang-senang dan berjemur. Namun, satelit yang dioperasikan oleh NASA mencatat suhu setinggi 157 derajat Fahrenheit di tanah tandus di Queensland, 2003 silam.
Greater bilby—marsupial yang hidup di tanah—mampu menangkal panas dengan berlindung di bawah tanah. “Hewan karismatik ini dapat menghindari panas yang ekstrem melalui pembangunan dan perlindungan dalam sistem liang yang rumit”, tutur John Wairnowski, ahli biologi di Charles Darwin University di Australia, melalui email.
(Baca juga: Makhluk-makhluk di Dunia yang Dikarunai Umur Panjang)
Wairnowski menambahkan, lubang spiral ini bisa mencapai kedalaman hampir tujuh kaki dan memiliki panjang sejauh 10 kaki.
Burung Beo Malam
Spesies Australia lain yang tahan panas adalah burung beo malam. Menurut Wairnowski, spesies pemalu ini dianggap telah punah di Queensland, hingga penemuannya kembali pada tahun 2013.
Burung yang hidup di darat tersebut tetap tenang ketika dilanda suhu tinggi, dengan “berjalan-jalan” di malam hari dan hinggap di tanaman ketika siang hari. Beberapa orang menyebutkan, spesies ini serupa dengan burung hantu yang keluar di malam hari, dan berdiam diri di siang hari.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR