Ketika kita merasa kepanasan di dalam rumah, menyalakan AC adalah jalan terbaik untuk mendinginkan tubuh. Namun, bagaimana dengan hewan di luar sana?
Berbeda dengan manusia, hewan tidak dapat “mengelak” dari cuaca yang sedang mendera. Namun, beberapa hewan memiliki ketangguhan lyang uar biasa, di mana mereka dapat bertahan hidup, bahkan tumbuh dan berkembang di tempat yang panas.
Berikut lima hewan "tangguh" yang hidup di beberapa tempat terpanas di Bumi.
Pupfish
Banyak spesies pupfish—ikan kecil yang ditemukan di perairan tawar atau payau—yang ditemukan di Amerika dan Karibia dapat bertahan hidup dan mudah beradaptasi. “Jika Anda memberi mereka air segar atau air asin, mereka akan tetap baik-baik saja,” ujar Evan Carson, seorang ahli biologi di University of New Mexico.
Carson mengatakan, beberapa pupfish dapat dianggap extremophiles, yaitu hewan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kondisi ekstrem. Pupfish Ash Meadows Amaragosa menyukai hawa panas yang ada di Death Valley National Park, di mana mata air bisa mencapai 100 derajat Fahrenheit. Namun, itu bukanlah seberapa jika dibandingkan dengan sumber air panas di Gurun Chihuahua Meksiko.
Sumber air panas El Pandeño, misalnya, adalah rumah bagi pupfish Julimes, yang memiliki air bersuhu 114 derajat Fahrenheit. Sementara itu, pupfish kepala besar hidup di Baños de San Diego bersuhu 111 Fahrenheit.
Keledai Liar
Suhu di Dallol—daerah beruap di utara Ethiopia—sering mencapai 120 derajat Fahreheit di musim panas, dengan rata-rata sekitar 93 derajat. Di daerah ini, sekitar 400 orang Somalia maupun Afrika terancam punah, sedangkan keledai yang disebut dibokali justru berhasil bertahan hidup di sana.
Keledai-keledai tersebut mengalahkan panas dengan metabolisme yang fleksibel, telinga yang lebar dan suka bergerak-gerak, cara berjalan yang efisien, dan kemampuan minum banyak air dengan cepat.
(Baca juga: Hewan Terlamban di Dunia Buktikan Kecepatan Bukanlah Segalanya)
Karakteristik tersebut membantu keledai agar tidak membutuhkan lebih banyak air layaknya hewan ternak, seperti domba dan kambing, menurut Fiona Marshall—antropolog di Washington University, St. Louis—melalui email.
Rubah Rüppell
Salah satu tempat terpanas di Bumi adalah Lut Desert di Iran. Pada tahun 2005, NASA mencatat suhu Lut sebesar 159,3 Fahrenheit—suhu permukaan tertinggi sepanjang sejarah.
Namun, satu hewan ini telah berevolusi untuk menaklukkan ganasnya panas Lut. Rubah Rüppell mampu mengatasi panasnya pasir Iran dengan menghemat air yang di dalam tubuh.
Mereka berburu mangsa dengan tenang pada malam hari dan menghindari kehilangan kelembaban yang berharga bagi mereka. Dengan cara tenang itulah, mereka mampu menghemat air yang didapat dari tubuh mangsanya tersebut.
Selain kemampuannya dalam menghemat air, tubuh kecilnya juga membantu menghilangkan panas. Tingkat metabolismenya yang rendah turut membantu menghemat energi, disertai dengan urin terkonsentrasi yang mengurangi sedikit air dari dalam tubuh.
Greater Bilby
Australia dikenal sebagai tempat bersenang-senang dan berjemur. Namun, satelit yang dioperasikan oleh NASA mencatat suhu setinggi 157 derajat Fahrenheit di tanah tandus di Queensland, 2003 silam.
Greater bilby—marsupial yang hidup di tanah—mampu menangkal panas dengan berlindung di bawah tanah. “Hewan karismatik ini dapat menghindari panas yang ekstrem melalui pembangunan dan perlindungan dalam sistem liang yang rumit”, tutur John Wairnowski, ahli biologi di Charles Darwin University di Australia, melalui email.
(Baca juga: Makhluk-makhluk di Dunia yang Dikarunai Umur Panjang)
Wairnowski menambahkan, lubang spiral ini bisa mencapai kedalaman hampir tujuh kaki dan memiliki panjang sejauh 10 kaki.
Burung Beo Malam
Spesies Australia lain yang tahan panas adalah burung beo malam. Menurut Wairnowski, spesies pemalu ini dianggap telah punah di Queensland, hingga penemuannya kembali pada tahun 2013.
Burung yang hidup di darat tersebut tetap tenang ketika dilanda suhu tinggi, dengan “berjalan-jalan” di malam hari dan hinggap di tanaman ketika siang hari. Beberapa orang menyebutkan, spesies ini serupa dengan burung hantu yang keluar di malam hari, dan berdiam diri di siang hari.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR