Ketika menikah, biasanya pasangan berjanji untuk setia sehidup-semati. Menemani saat suka dan duka. Tetapi yang jarang mereka ketahui adalah, menikah dapat juga memengaruhi body mass index atau indeks massa tubuh (IMT).
Pengantin baru mungkin merasakan adanya peningkatan lingkar pinggang. Dan riset saya menunjukkan, menikah memang membuat pria bertambah gemuk.
Penelitian saya menemukan kaitan antara menikah dan peningkatan berat badan pada pria—yang juga memasukkan faktor kelahiran anak. Rata-rata, pria yang menikah memiliki IMT lebih tinggi daripada yang lajang. Mereka rata-rata lebih berat 1,4 kilogram di timbangan. Tak ada dampak kehamilan istri terhadap IMT pria, tetapi selama beberapa tahun pertama setelah anak lahir, para pria bertambah berat.
Baca juga: Mengapa Kita Belum Merasa Kenyang Jika Belum Makan Nasi?
Perceraian, di sisi lain, bisa menurunkan berat. Penelitian mencatat pada masa-masa menjelang perceraian dan sesudah perceraian, IMT laki-laki menurun.
Temuan ini mengakhiri kebingungan kita mengenai kemungkinan kaitan antara IMT dan status pernikahan pria. Ada beberapa teori seputar berat badan pria setelah menikah. Temuan saya sepertinya sejalan dengan ide “marriage market theory” yang mengatakan bahwa pria lajang (yang mencari pasangan hidup) akan lebih berusaha menjaga kebugaran ketimbang pria yang sudah menikah. Ada pula ide lain yang sejalan, “social obligation theory” yang mengatakan bahwa pria makan lebih teratur setelah menikah, dan menghadiri acara-acara sosial yang menghidangkan makanan lezat.
Persaingan teori
Mengingat besarnya perhatian publik terhadap obesitas, adalah penting untuk memahami lebih jauh mengenai faktor sosial yang dapat mengakibatkan naik-turunnya berat badan. Perdebatan soal hubungan antara pernikahan dan IMT telah berlangsung lama, dan ada beberapa pandangan yang saling bertolak belakang mengenai hal ini.
Misalnya, ada beberapa contoh bahwa pasangan yang telah menikah secara umum lebih sehat, karena mendapat manfaat dukungan keluarga dan cenderung tidak terlibat dalam perilaku berisiko. Teori ini dikenal dengan sebutan “marriage protection theory”, dan memperkirakan IMT pria menikah justru lebih rendah.
Orang-orang yang menikah juga diperkirakan punya IMT lebih rendah karena “selection theory”. Kita semua memilih pasangan hidup berdasarkan sekumpulan karakteristik, termasuk di antaranya adalah seberapa menarik dia. Orang-orang yang bugar lebih mungkin dipilih sebagai pasangan hidup. Menurut teori ini, pernikahan tak memiliki dampak pada IMT seseorang, tetapi orang-orang yang memiliki IMT lebih rendah justru lebih mungkin menikah.
Baca juga: 5 Minuman Rendah Kalori untuk Cegah Kegemukan
Di sisi lain, ada beberapa teori yang mengatakan bahwa setelah menikah, orang cenderung “teledor” dan mengalami kenaikan berat badan. Teori “marriage market theory”, misalnya, mengandaikan dunia asmara seperti dunia usaha—kita harus sedikit mempromosikan diri. Teori itu bilang, orang yang melajang dan ingin menikah memiliki motivasi lebih tinggi dan berusaha lebih kuat untuk tetap bugar, ketimbang mereka yang sudah menikah. Tetapi setelah menikah, “tekanan” sebagai jomblo pun hilang, sehingga indeks massa tubuh mereka meningkat.
Teori “social obligation” juga mengatakan bahwa orang-orang yang terikat dalam pernikahan makan lebih teratur (dan lebih berlemak) akibat bertambahnya kehidupan sosial mereka setelah menikah.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR