Penyusutan terjadi setelah Gunung Agung menyemburkan asap setinggi 1.500 meter pada Sabtu (7/9/2017) malam, ujar Kasubdit mitigasi Wilayah Timur Defi Kamil Syahbana, Senin (9/10/2017).
"Sempat mengalami depresurisasi atau pengurangan tekanan akibat keluarnya asap 1.500 meter kemarin," kata Defi.
Namun, penyusutan sementara tersebut tidak bisa mengembalikan kondisi Gunung Agung menjadi normal.
(Baca juga: 91 Gunung Berapi "Tersembunyi" di Antartika Ditemukan)
Penyusutan dapat terdeteksi oleh alat teltimeter yang dipasang PVMBG. Setelah menyusut selama 3-4 jam, gunung Agung kembali menunjukan tren kenaikan.
"Turunnya bukan ke posisi normal. Setelah sempat turun kemudian naik lagi, itu artinya ada pasokan energi magma," kata Defi.
Menurut Defi, kondisi gunung Agung saat ini masih kritis, ditandai kegempaan yang masih tinggi.
Keluarnya asap memang berpeluang mengurangi kandungan gas, tetapi adanya tren penggelembungan menunjukan deformasi masih lebih tinggi.
"Yang jelas, saat ini gunung Agung berada dalam periode berfluktuasi tinggi," kata Defi.
(Baca juga: Manfaat Mendaki Gunung Bagi Kesehatan Mental)
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR