Adi Gunawan menjelaskan bahwa batu besar yang ada di Dowan yang kemunculannya berkaitan dengan aktivitas vulkanik Gunung Muria. Ia menunjuk ke salah satu singkapan dengan permukaan berongga kecil.
Adi menjelaskan, rongga-rongga kecil tersebut terbentuk karena lava pijar yang mengalir mengalami proses pendinginan. Ia menganalogikannya dengan air yang mendidih. Sama seperti lava pijar yang mendidih dan membeku sehingga membentuk batuan berongga seperti yang diamati peserta.
Keberadaan batu besar di tengah jalan dan perumahan itu memang unik. Arieffian Eko Kurniawan, ahli geologi yang menjadi ketua kegiatan, mengatakan, bebatuan tersebut dibiarkan seperti itu karena sangat sulit untuk dihancurkan. Apalagi jika hancur karena pelapukan atau proses alami lainnya, itu akan memakan waktu yang sangat lama.
!break!
Di situs kedua, Paciran, peserta perlu berjalan menanjak sedikit ke obyek pengamatan. Dilihat dari mata awam, bebatuan di situs kedua merupakan batu karang besar.
Rusalida mengungkapkan, situs Paciran merupakan salah satu reservoir yang baik. Namun, pernyataan tersebut perlu diteliti lebih mendalam. Ia menjabarkan bahwa pengamatan bebatuan terbagi menjadi makroskopis dan mikroskopis.
Secara sederhana, pengamatan makroskopis seperti apa yang dilakukan peserta, melihat secara umum. Sementara pengamatan mikroskopis membutuhkan batuan dibawa dan dikaji di laboratorium.
Matahari sudah tepat di atas kepala. Penjelajahan ini haruslah dilanjutkan dengan energi yang cukup. Atas perhitungan Fian yang telah membandingkan sejumlah prakiraan cuaca, sekitar pukul 16.00 WIB daerah tempat bermain kami hari ini akan diguyur hujan ringan. Maka, Arieffian mengatur dengan ketat soal jadwal agar penjelajahan berjalan lancar.
Kami menuju Waduk Panohan untuk makan siang dan memberikan kesempatan bagi yang muslim menunaikan salat. Es kelapa menyambut tenggorakan dan cukup berhasil mendinginkan kepala yang seharian disiram terik matahari. Perpaduannya dengan gula merah pas sekali bagi kami yang mengantisipasi dehidrasi dan butuh asupan energi lebih.
Meski matahari kian menyengat, peserta tak kehilangan semangat. Kami meluncur ke situs terakhir hari itu, area Sungai Gunem. Yang menarik di situs ini, peserta mengamati batuan dengan menggunakan cairan asam klorida.
Rusalida mengatakan, reaksi kimia yang terjadi (berbuih) menunjukkan batuan mengandung mineral karbonat. Hal tadi dijalankan untuk mengetahui litologi situs itu. Menurut KBBI, litologi adalah ilmu tentang batu-batuan yang berkenaan dengan sifat fisik, kimia, dan strukturnya.
Penjelajahan kami pun ditutup dengan semangkok bakso Pak Kumis di Blora yang menyegarkan pikiran setelah seharian asyik berbicara dengan batu.
Bagaimana pun juga, pemaparan yang dilakukan senior atau peserta masih berupa asumsi karena masih ada hari-hari esok untuk membahasnya lebih jauh demi menguak rahasia batu yang sekilas tak berbicara tapi mereka punya sejuta umur dan seribu cerita. Menarik kan?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR