Mengapa begitu? Sebab, narasumber tamu pastinya yang memiliki latar belakang pendidikan dan penelitian terkait situs yang menjadi tempat latihan peserta. Terlebih lagi, jika narasumber itu memiliki karya tulis ilmiah yang telah diakui lewat publikasi. Meski begitu, Nawawi pun mengakui jika mengundang narasumber dari luar, belum tentu semua peserta menyerap pemahaman secara optimal.
Eka Nugraha, Senior Geoscientist Pertamina Hulu Energi, pun menambahkan, jika mengundang narasumber dari luar, bisa jadi hanya sebagian peserta yang benar-benar serius mengikuti pemaparan.
!break!
Di perjalanan, Nawawi juga sedikit berbagi soal eksplorasi minyak di Indonesia. Eksplorasi minyak selalu dibayang-bayangi risiko. Dulu, eksplorasi minyak bisa dibilang lebih "berani" mengambil risiko tadi.
Namun kini, eksplorasi minyak oleh PT Pertamina (persero) sangat diharapkan memiliki persentase kegagalan seminimal mungkin, sehingga bisa dibilang tekanannya cukup tinggi, perhitungan tim eksplorasi harus sangat presisi. Standar yang ketat ini bertujuan untuk mengurangi lost cost yang tinggi.
Di kesempatan lain, Rusalida Ragunwati yang juga tercatat sebagai Presiden Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) 2016 - 2018 ini menjelaskan bahwa harga minyak saat ini berada di tingkat yang bisa dibilang cukup mengkhawatirkan.
Untuk kegiatan lapangan kali ini bekerja sama dengan kawan-kawan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Mereka bersedia membantu memfasilitasi alat geofisika berupa alat gravitimeter dan magnetik di tiga situs pada hari pertama kegiatan.
Rusalida mengungkapkan, penggunaan alat geofisika tersebut bertujuan menguatkan data yang dideskripsikan oleh geoscientist dengan spesialisasi geologi. Secara sederhana, geologi mengambil data bebatuan dari permukaan, apa yang dilihat oleh mata langsung, dengan mengacu pada literatur. Sementara itu, geofisika menguatkannya dengan data yang didapatkan dengan alat.
"Jadi, misalnya ini batu jenis tertentu. Dilihat dari geologi, deskripsinya sesuai dengan jenis batuan ini. Nah, geofisika mengukurnya dengan alat, karena setiap batuan punya nilai kemagnetan. Nah, keduanya (geologi dan geofisika) dipadukan, ini bener gak jenis batuan ini," ujar Rusalida.
Menurut Muhammad Nur Januar, mahasiswa Geofisika UGM, dalam konteks pengamatan dasar seperti hari ini, penggunaan alat geofisika untuk mengamati batuan minimal dilakukan tiga kali untuk satu titik, guna mendapatkan hasil yang mendekati sesuai.
Penggunaan alat geofisika ini juga terikat pada waktu pengamatan dan tinggi alat dari bidang tanah. Belum lagi, untuk mendapatkan hasil "akhir", perlu dihitung lagi dengan sejumlah koreksi karena sifat alat yang cukup sensitif terhadap noise di sekitar, seperti getaran, dan pemakaian yang berulang kali, terutama gravitimeter yang mengandung pegas (semakin lentur jika digunakan berulang kali).
Situs Dowan terbilang cukup unik. Batuan yang dijadikan obyek pengamatan berada di tengah jalan dan perumahan warga.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR