(Yang bikin saya kagum, dia begitu disiplin membawa kotak kecil yang di bagian luarnya tertulis “Samson”. Kotak kecil ini selalu dia genggam saat “ngudut”, sebab berfungsi sebagai asbak. Saat rokok sudah jadi puntung, sampahnya dia taruh di dalam kotak. Selama bergaul dengannya, dia tak pernah membuang sampah tembakau itu dengan sembarangan. Dari situ, saya bisa menilai kecintaannya terhadap lingkungan, khususnya laut memang tinggi. Semuanya berawal dari hal yang sederhana).
Kehidupan nelayan di Pulau Latondu, Taman Nasional Taka Bonerate, yang termasuk wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. (Asri)
“Pulau Rajuni saya kunjungi sewaktu ikut kegiatan Ekspedisi Nusantara Jaya kemarin. Di situ, saya dapat keluarga angkat yang baru.” Samson bangga bisa tergabung dalam kegiatan yang digelar oleh Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman pada akhir September lalu.
Untuk kegiatan wilayah Sulawesi Selatan, ada sebanyak 51 anak muda dan mahasiswa yang tergabung dalam ekspedisi dengan tempat pengabdian yang terbagi dua kelompok. Buat pemuda kebagian tugas di Pulau Jinato dan Latondu, sementara kelompok mahasiswa berada di Pulau Kayuadi dan Jampea. Semua pulau itu termasuk wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar.
Dasar anak laut, Samson tak bisa diam di satu pulau. Dia pergi menjelajah ke sejumlah pulau yang ada di lingkungan kabupaten, termasuk Rajuni. Di situlah, dia memanfaatkan sifat ramah untuk mendapatkan teman dan keluarga baru. Tak heran, dia selalu merasa nyaman dalam setiap kegiatan.
Mahasiswa yang mengaku pernah melakukan budidaya kuda laut di laboratorium kampus itu lahir di Lempokasi. Belum pernah mendengar nama tempat ini? Tempat kelahiran Samson termasuk wilayah Kabupaten Luwu. Letaknya sebelah timur laut dari Makassar, pusat peradaban Sulawesi Selatan. Lempokasi tak jauh dari kawasan pesisir.
Saya langsung akrab dengan Samson, lantaran kami satu kelompok penginapan dalam kegiatan “Kemah Konservasi 2017” yang digelar oleh Balai Taman Nasional Taka Bonerate. Acara kemping bareng ini berlangsung pada 24 – 26 Oktober. Lokasi kegiatan berpusat di lapangan tepi pantai Desa Khusus Pasitallu, wilayah administratif penghuni Pulau Pasitallu Timur, bagian selatan taman nasional.
Kegiatan Kemah Konservasi yang digelar oleh Balai Taman Nasional Taka Bonerate juga diisi dengan aktivitas pengenalan transplantasi karang di Pulau Pasitallu Tengah, yang berdekatan dengan Pasitallu Timur. Kegiatan yang melibatkan anak-anak pulau punya misi untuk meningkatkan kepedulian warga terhadap lingkungan perairan sekitarnya. (Sanovra Jr/Tribun Timur)
Kami berbeda nasib dalam memenuhi undangan acara. Samson terpilih lantaran dia mendapatkan penugasan dari sang pengajar di jurusan Kelautan, yang semestinya menjadi salah satu narasumber dalam rangkaian kegiatan. Sementara itu, saya bisa jalan-jalan gratis berkat upaya yang dilakukan oleh Asri, staf balai taman nasional yang bertugas sebagai pengendali ekosistem hutan.
Gara-gara Samson, saya menjadi penasaran dengan kata “Rajuni”. Apalagi, saat menjadi bagian dari juri kontes pemilihan duta karang dalam Kemah Konervasi, saya langsung jatuh hati dengan Ahmad Rifandi. Salah seorang peserta ini datang dari Desa Rajuni, yang berada di Pulau Rajuni kecil, bagian dari taman nasional. Dia tercatat sebagai siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Takabonerate. Rajuni termasuk dalam wilayah Kecamatan Takabonerate.
Ahmad berhasil merayu saya untuk memberikan nilai maksimal dengan gaya alaminya. “Santai-santai ya,” katanya dari atas panggung sambil tertawa kepada penonton, yang mayoritas adalah penduduk Pasitallu. Mayoritas warga adalah keturunan Bajo, suku laut yang begitu terkenal hingga negara tetangga. Ahmad tak demam panggung. Dia pun berani menjawab pertanyaan juri dengan lugas.
Kegiatan transplantasi karang di Taman Nasional Taka Bonerate, Kepulauan Selayar. Kegiatan perlindungan laut terus dikenalkan kepada generasi muda Bajo dan warga pulau lainnya agar mereka peduli terhadap lingkungan sekitarnya. (Sanovra Jr/Tribun Timur)
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Dok Grid |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR