Sebanyak 300 sampai 400 penyu ditemukan mati di lepas pantai Teluk Jiquilisco, Republik El Salvador, akhir Oktober lalu. Penduduk setempat telah menyaksikan bangkai ratusan penyu tersebut sejak 28 Oktober, namun kematian massal hewan tersebut baru diumumkan oleh Kementerian Lingkungan dan Sumber Daya Alam El Savador di Twitter pada Kamis, 2 November 2017.
Sejauh ini, pihak berwenang masih melakukan proses pengumpulan informasi, termasuk jumlah tepat penyu yang mati dan kemungkinan penyebabnya. Beberapa jenis penyu hidup di area tersebut, antara lain penyu sisik, penyu belimbing, penyu lekang, dan penyu hijau. Penyu lekang menjadi yang paling terdampak dalam peristiwa ini.
Peristiwa kematian massal penyu tersebut mengingatkan pada kejadian serupa pada tahun 2013 dan 2006, saat itu masing-masing sekitar 200 dan 120 penyu ditemukan tewas.
Baca juga: Hari Penyu Sedunia: Mengapa Penyu Terancam Punah?
Dalam kedua kasus sebelumnya, pasang merah menjadi penyebab kematian penyu. "Pasang merah" merupakan istilah umum yang merujuk pada saat populasi ganggang tumbuh tak terkendali. Terkadang, tergantung pada organisme dan kondisi tertentu, ledakan populasi ganggang dapat beracun bagi satwa-satwa laut lainnya.
Ledakan populasi ganggang dapat terjadi di air tawar dan laut. Keadaan itu bisa diperparah oleh limpasan bahan kimia yang berasal dari pestisida dan air limbah yang tidak diolah. Bagi penyu, menghirup air dengan ganggang beracun bisa menjadi sangat mematikan.
Mike Liles, direktur lembaga konservasi penyu Eastern Pacific Hawksbill Initiative meragukan pasang merah sebagai penyebab kematian penyu-penyu tersebut.
Baca juga: Fakta-Fakta Seputar Penyu yang Harus Anda Ketahui
"Penjelasan itu memang kemungkinan terbesar," katanya, "tapi hampir tidak mungkin untuk mengatakannya tanpa kepastian, hingga laporan pasang surut dan toksikologi dirilis oleh pemerintah."
Sampel dari bangkai penyu telah dibawa ke laboratorium toksikologi di Universitas El Salvador untuk mengetahui apakah kura-kura itu sebenarnya mati karena menelan air dengan kandungan ganggang beracun.
Terkait dengan perikanan?
Di masa lalu, pukat udang juga menjadi penyebab kematian penyu. Reptil laut itu sering kali terperangkap di jaring pukat yang mengikis seluruh dasar laut. Industri perikanan El Salvador telah menggunakan kapal pukat udang sejak sektor ini mulai tenar di tahun 1970-an.
Baca juga: Ada Garpu Plastik di Lubang Hidung Penyu Ini
Namun sejak 17 Oktober lalu, moratorium selama sebulan telah diberlakukan pada kegiatan penangkapan udang di perairan El-Savador untuk memulihkan populasi hewan tersebut. Karena moratorium telah berlaku sebelum bangkai-bangkai penyu itu ditemukan, Liles menduga bahwa praktik perikanan kemungkinan bukan penyebab kematian massal ini. Tetapi ia menekankan bahwa praktik tersebut secara umum masih berbahaya bagi penyu.
Alexander Gaos, ahli ekologi di Conservation Ecology Lab, juga masih ragu untuk mengidentifikasi penyebab pasti hingga informasi lebih lanjut dirilis oleh pemerintah.
"Tampaknya peristiwa semacam itu terjadi cukup sering dalam satu dekade terakhir," kata Gaos.
Gambaran besar
Meskipun salah satu kematian terbesar penyu terjadi di Republik El-Savador, Liles tidak terlalu khawatir dnegan populasi secara keseluruhan. Penyu lekang merupakan korban terbesar dalam peristiwa tersebut, namun baru-baru ini, status konservasi spesies itu turun dari Terancam (Endangered) menjadi Rentan (Vulnerable) oleh International Union for the Conservation of Nature (IUCN).
Baca juga: Berkat Sebuah Fosil, Evolusi dan Asal-Usul Penyu Berhasil Terungkap
Liles berspekulasi, ketika aliran limbah dari pertanian industri membuat pasang merah semakin memburuk, dan populasi penyu mulai pulih, maka kematian skala besar bisa terjadi lebih sering. Gaos sepakat dengan hal itu dan menekankan bahwa kita membutuhkan lebih banyak program konservasi yang harus dilakukan.
"Idealnya, pemerintah memiliki tim yang siap untuk mendapatkan bukti konkrit segera," katanya. "Semakin lama kita menunggu, semakin banyak penyu yang membusuk," pungkasnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR