Eko Rudi Tantoro, Senior Manager Exploration Operation Pertamina Hulu Energi, menambahkan, jika mengundang narasumber dari luar, bisa jadi hanya sebagian peserta yang benar-benar serius mengikuti pemaparan.
Di perjalanan, Nawawi juga berbagi soal eksplorasi minyak di Indonesia. Eksplorasi minyak memang selalu dibayang-bayangi risiko. Dulu, eksplorasi minyak bisa dibilang lebih "berani" mengambil risiko. Namun kini, eksplorasi minyak oleh PT Pertamina (persero) sangat diharapkan memiliki persentase kegagalan seminimal mungkin, sehingga bisa dibilang tekanannya cukup tinggi; perhitungan tim eksplorasi harus sangat presisi. Keketatan ini bertujuan untuk mengurangi lost cost yang tinggi.
!break!Sesampainya di lokasi pertama, terik matahari yang kuat dan jalan menanjak tak mengendurkan antusias peserta mengamati situs di Dowan. Sebagai panitia, Gugun mengarahkan peserta untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang nantinya akan didiskusikan.
Gugun mengatakan, target panitia di situs pertama ini yakni peserta bisa menjawab jenis batuan yang bertengger kokoh di tiga sisi; dua di pinggir jalan, dan satu di tengah jalan. Batuan yang berada di Dowan merupakan batuan beku intermediate Sebagaimana batuan beku, pastilah ia merupakan bentukan dari aktivitas vulkanik.
Desa Dowan ini berdekatan dengan Gunung Muria di sebelah barat Rembang, yang secara administratif berada di tiga kabupaten, yakni Kudus, Jepara, dan Pati. Dirunut ke bawah lagi, batuan beku ini berjenis andesit. Hal itu dapat dilihat dari warna batu yang gelap, dengan mineral dominan silika. Batuan ini bisa digunakan sebagai tambahan bahan pengerasan jalan, dan produk yang menggunakan bahan kaca seperti gelas.
Gugun menunjuk ke salah satu singkapan dengan permukaan berongga kecil. Ia menjelaskan bahwa rongga-rongga kecil tersebut terbentuk karena lava pijar yang mengalir mengalami proses pendinginan. Ia menganalogikannya dengan air yang mendidih. Sama seperti lava pijar yang mendidih dan membeku sehingga membentuk batuan berongga.
Satu singkapan yang berada di jalan dibiarkan begitu saja saat pembuatan jalan karena sifatnya yang sangat keras sehingga tak bisa dihancurkan. Menurut Fian, bisa saja lama-kelamaan batu hancur, baik akibat pelapukan maupun aktivitas manusia, tapi ia memperkirakan hal tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama, mungkin ratusan tahun.
!break!Di situs pertama ini, kawan-kawan dari UGM mulai bergabung. Muhammad Nur Januar, mahasiswa Geofisika UGM, mempersiapkan dan memandu peserta menggunakan alat geofisika berupa gravitimeter. Penggunaan alat ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis dan karakter magnetik batuan di area pengukuran. Dalam skala regional, metode ini berguna untuk tahap awal eksplorasi migas.
Menurut Januar, dalam konteks pengamatan dasar seperti ini, penggunaan alat geofisika untuk mengamati batuan minimal dilakukan tiga kali untuk satu titik, guna mendapatkan hasil yang mendekati valid. Penggunaan alat geofisika ini juga terikat pada waktu pengamatan dan tinggi alat dari bidang tanah. Untuk mendapatkan hasil "akhir", perlu dihitung lagi dengan sejumlah koreksi karena sifat alat yang cukup sensitif terhadap noise di sekitar, seperti getaran, dan pemakaian yang berulang kali, terutama gravitimeter ini yang mengandung pegas (semakin lentur jika digunakan berulang kali).
Setelah setengah jam berada di situs pertama, Arieffian Eko Kurniawan (ketua kegiatan) dan Gugun mengarahkan peserta untuk kembali ke mobil masing-masing untuk menuju lokasi kedua, singkapan Formasi Paciran yang berada di Desa Tegaldowo, masih di kabupaten Rembang.
!break!Di situs kedua, Paciran, peserta perlu berjalan menanjak sedikit ke obyek pengamatan. Dilihat dari mata awam, bebatuan di situs kedua merupakan batu karang yang masif.
Rusalida mengungkapkan, situs Paciran merupakan salah satu reservoir yang baik. Namun, pernyataan tersebut perlu diteliti lebih mendalam lewat pengamatan mikroskopis. Ia menjabarkan bahwa pengamatan bebatuan terbagi menjadi makroskopis dan mikroskopis. Secara sederhana, pengamatan makroskopis seperti apa yang dilakukan peserta; melihat secara umum. Sementara pengamatan mikroskopis membutuhkan pengambilan sampel dan pengkajian di laboratorium.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR