“Kami pernah jaya sebagai bangsa pelaut," ungkap Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di London, pada 20 April 2016.
Kata “pernah jaya” mengarah pada sebuah kerajaan di masa lampau yang pernah besar dan menjadi pusat peradaban pada abad ke-7 hingga 12 Masehi.
Kerajaan besar itu terletak di Pulau Sumatra dan dikenal dengan nama Kerajaan Sriwijaya. Sebuah pameran berjudul “Kedatuan Sriwijaya, The Great Maritime Empire” mengenalkan kepada masyarakat bahwa kejayaan itu sungguh ada.
Baca juga: Empat Khasiat Kayu Manis Bagi Kesehatan
Kata kedatuan berasal dari Bahasa Melayu untuk menyebut pemimpin. The Great Maritime Empire mengarah pada kejayaan maritim Sriwijaya selama 600 tahun.
Letak Kerajaan Sriwijaya dulunya di sekitar Palembang merupakan jalur strategis perdagangan melalui perairan. Melalui kanal-kanal sungai dan pelabuhan, barang dagangan diperjualbelikan oleh saudagar dari dalam dan luar negeri.
Rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan lada menjadi komoditas favorit perdagangan kala itu. Bila Tiongkok memiliki Jalur Sutra, Indonesia memiliki Jalur Rempah.
Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman menyebutkan, para saudagar Tiongkok yang terkenal dengan jalur sutra, justru mencari rempah-rempah ketika mereka mengarungi laut. Jalur sutra telah ada pada abad ke-2 Masehi, sedangkan jalur rempah sudah ada lebih lama sebelum itu.
Baca juga: Kartografi Dunia Berutang Kepada Rempah Maluku
Agus Widiatmoko, salah seorang arkeolog yang mendalami tentang Kerajaan Sriwijaya mengungkapkan, pameran Kerajaan Sriwijaya ini membangun imajinasi kemaritiman. Pameran ini sekaligus menjadi pengingat bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengulang kejayaan di masa lalu.
Masyarakat dapat menjelajah masa Kerajaan Sriwijaya yang dipamerkan sejak tanggal 4 November hingga 28 November 2017 bertempat di Museum Nasional.
Mendesak Pengesahan RUU Masyarakat Adat yang Menjadi Benteng Terakhir Upaya Konservasi
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR