(Baca juga: Erica, Robot Android Cantik yang Semakin Mirip Manusia)
Kelli Daniels mengatakan, putranya yang berusia 12 tahun, Ethan, mengidap kanker limfoma dan mesti menghadapi tiga tahun pengobatan. Ketika Kelli memperkenalkannya dengan robot bebek tersebut, mata Ethan melebar sambil mengatakan: “Ini mengagumkan”.
Ethan memasang berbagai macam peralatan yang bisa mengarahkan robot. Ia terkesan mendengar suara bebek yang seolah-olah merasakan sakit. Menurut Kelli, Ethan juga sangat terhubung dengan latihan pernapasan yang dilakukan robot bebek tersebut. Ia menutup matanya seperti sedang meditasi, lalu bernapas bersama-sama mengikuti robot.
“Dengan adanya robot ini, Ethan bisa mengekspresikan perasaannya tanpa mengeluarkan sepatah kata. Tidak ada seseorang yang ingin mengeluh sakit terus menerus. Mungkin, robot ini bisa membantu menyembuhkannya,” tambah Kelli.
Manfaat robot bagi pasien
Sonia Chernova, asisten profesor robotik di Georgia Tech, Atlanta, mengatakan bahwa robot sosial bisa memberikan dukungan kepada anak-anak yang mengalami stres fisik maupun emosional saat menjalani perawatan kanker.
(Baca juga: Robot yang Bisa Menciptakan Robot Lain)
“Anak-anak berinteraksi dengan robot dalam cara yang berbeda dari orang dewasa. Bagi anak-anak, robot seperti teman seumurannya, bukan figur dewasa,” kata Sonia.
Meskipun robot sosial sukses dalam dunia pendidikan dan penelitian, namun bukan berarti ia bisa meggantikan peran dari orang terdekat pasien.
“Robot sosial tidak diciptakan untuk menggantikan dukungan dan interaksi pasien dengan orang lain. Baik manusia maupun robot ada untuk sama-sama membantu mereka,” pungkasnya.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR