Memecahkan misteri ini tidaklah mudah pada daratan yang luas seperti Sulawesi. Dari mana kita harus mulai pencarian? Pertanyaan ini membawa kita ke Leang Burung 2.
Leang Burung 2 adalah naungan dari batu kapur di bagian selatan pulau. Pertama kali digali pada 1975 oleh arkeolog Ian Glover.
Glover menggali hingga kedalaman 3,6 m dan menemukan artefak “Zaman Es” yang berusia 30.000 tahun. Di bagian bawah parit yang ia gali, ia temukan juga lapisan tanah liat kuning. Ini mengandung peralatan batu sederhana dan fosil mamalia besar (megafauna) yang langka dan tidak ada pada lapisan “Zaman Es” (yang lebih muda) di atasnya.
Namun sebelum Glover bisa menjelajahi lebih lanjut petunjuk pemukiman manusia awal ini, ia harus menghentikan penggalian. Batu-batu besar di parit membuatnya tak bisa menggali lebih lanjut.
Beberapa dekade berikutnya, mendiang Mike Morwood yang terkenal karena menemukan “Hobbit”, memutuskan untuk memperdalam parit Glover hingga batuan dasar. Ia punya firasat bahwa di bawah tanah liat yang tidak diketahui usianya, mungkin terdapat bukti bahwa manusia purba ada di Sulawesi hingga waktu yang relatif belum lama. Sesungguhnya, Mike berpikir bahwa nenek moyang “Hobbit” mungkin berasal dari pulau ini hingga ke Flores utara.
Pada 2007, tim Mike (dipimpin oleh arkeolog Makassar Irfan Mahmud) memperdalam parit hingga 4,5 m, tapi lagi-lagi penggalian terhenti oleh batu.
Sesudah itu, atas undangan Mike, dan bersama kolega dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (ARKESNAS), saya membuka ulang parit tersebut dalam upaya untuk mencapai ke dasar pada akhirnya.
Selama tiga musim (2011-2013) kami menggali hingga kedalaman 6,2 m—lebih dalam dari penggalian sebelumnya. Penggalian tersebut sulit. Kami menggunakan alat penopang berat untuk menunjang dinding yang tidak stabil, dan peralatan bor khusus untuk menembus batu besar yang telah menghambat pekerjaan sebelumnya di tempat ini.
Alih-alih mencapai batuan dasar, kami malah mendapati air bawah tanah. Dengan air yang merembes masuk, berakhirlah penggalian kami.
Meski pun demikian, kami bisa memastikan bahwa di bawahnya, memang ada bukti akan kehadiran manusia. Kami menyingkap cakrawala kebudayaan yang kaya di dalam tanah liat coklat, di bawah lempung kuning milik Glover.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR