Di antara temuan kami yakni peralatan batu besar yang belum sempurna, dan fosil megafauna. Kami juga menemukan fosil dari spesies gajah yang sudah punah, pertama kali fosil spesies gajah tersebut ditemukan di situs itu.
Kami beruntung memiliki metode pengukuran usia yang belum ada di era Glover, tapi usia dari lapisan yang paling bawah masih sulit untuk diketahui.
Usaha terbaik kami menunjukkan bahwa tanah liat Glover di bagian atas berusia lebih dari 35.000 tahun, sedangkan lempung coklat sekitar 50.000 tahun—dan kami masih belum mencapai titik dasar.
Penduduk awal menggunakan peralatan seperti yang dibuat 200.000 tahun lalu di Sulawesi, sehingga artefak yang paling dalam mungkin berhubungan dengan kultur pembuat alat yang paling tua di pulau ini.
Para penghuni gua ini mungkin masih ada ketika seni batu pertama kali muncul 40.000 tahun lalu, tapi karena ketidakpastian dalam memperkirakan usia, dan erosi sedimen dalam jumlah besar di Leang Burung 2, kami tidak yakin.
Sebenarnya mungkin untuk menggali lebih dalam di Leang Burung 2, tapi butuh usaha serius, termasuk menurunkan permukaan air secara artifisial. Namun meski penelitian di naungan ini menantang, hal itu mengarahkan kami ke situs lain dengan prospek yang lebih baik.
Penggalian kami di dekat Leang Bulu Bettue telah menemukan ornamen “Zaman Es” yang langka hingga berusia 30.000 tahun, dan kami sekarang telah menggali lebih dalam ke lapisan yang lebih tua.
Pekerjaan lebih lanjut di gua ini bisa memberikan petunjuk penting tentang penduduk asli Sulawesi, termasuk, kami berharap, fosil pertama yang tersisa dari masyarakat yang penuh teka-teki ini.
Adam Brumm, ARC Future Fellow, Griffith University
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR