Nationalgeographic.co.id—Setelah Proklamasi kemerdekaan 1945, Indonesia mengalami pergolakan di berbagai daerah. Dentum meriam dan desing pelor bersaut-sautan dengan pekik kemerdekaan, hal ini disebabkan imperialisme sekutu yang diboncengi NICA ingin kembali menguasai Indonesia.
Merespon hal tersebut, pada tanggal 05 Oktober 1945 Presiden Soekarno membuat maklumat mengenai pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Tak hanya itu, segenap masyarakat dengan semangat menggelora juga ikut serta angkat senjata melalui pembentukan badan Kelaskaran atau Tentara Kerakyatan dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan.
Salah satu laskar di Indonesia pada saat itu ialah Pemberontakan Rakyat Indonesia Mataram (PRI) yang didirikan pada 12 Oktober 1945 di Yogyakarta oleh Bung Tardjo, Soejitno, Soendjoto, Salim, dan pemuda lainya. Laskar ini merupakan cikal bakal terbentuknya Tentara Rakyat Mataram (TRM). Pada saat terjadi pertempuran di Magelang, PRI Mataram ikut serta terjun ke medan laga bersama berbagai Laskar serta TKR untuk melakukan pengepungan dan memukul mundur Sekutu.
Sejarah Terbentuknya TRM
Bergabungnya PRI Mataram pada pertempuran Magelang 29 Oktober 1945 sangat membantu keberhasilan TKR dalam melakukan pengepungan Sekutu. Kemenangan di Magelang tidak kemudian membuat PRI kembali ke Yogyakarta, namun mereka turut serta melakukan pengejaran terhadap sekutu ke arah Ambarawa. Namun saat di tengah perjalanan terjadi perselisihan diantara pimpinan yang mengakibatkan pecahnya PRI Mataram.
Dalam penelitian yang di lakukan oleh Bintang Adi Kunchoro menyebutkan, Pecahnya PRI Mataram disebabkan oleh Pasukan Rakyat Indonesia Putri (PRIP) yang hendak menggabungkan diri dengan PRI Mataram. Hal ini ditentang oleh beberapa pimpinan PRI seperti Sundjoto dan Salim. Mereka beranggapan bahwa bergabungnya PRIP hanya akan mencemarkan nama baik PRI Mataram.
Namun pendapat tersebut ditepis oleh bung Tardjo, ia beranggapan bahwa bergabungnya PRIP justru akan semakin membakar rasa segan dan hormat kepada kaum wanita.
Perselisihan pemimpin PRI Mataram tidak hanya dilatar belakangi oleh bergabungnya PRIP saja. Terjadi pertentangan antara pendapat Salim serta Soendjoto yang memilih menghalau pasukanya untuk mundur, sedang Bung Tardjo tetep menginginkan untuk melanjutkan perjuangan ke Ambarwa sampai titik darah penghabisan.
Akibat perselisihan tersebut akhirnya bung Tardjo memilih untuk memisahkan diri dari PRI Mataram dan membentuk pasukan sendiri dengan nama Tentara Rakyat Mataram (TRM).
“Bung Tardjo menggabungkan PRIP dalam kesatuan TRM, namun tugas PRIP tidak hanya sebatas untuk TRM saja melainkan kepada seluruh pasukan Indonesia meliputi TKR dan badan perujuangan lainya.” Tulis Bintang dalam penelitianya.
Bung Tardjo menjadi komandan TRM dengan pasukan berjumlah setingkat dengan satu Batalyon yang terdiri dari delapan susunan pasukan. Melalui badan kelaskaranya yang baru, TRM ikutserta dalam awal pertempuran Revolusi guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Peran TRM Dalam Perang Revolusi
Pasukan TRM berperan dalam pertempuran Ambarawa yang menjadi sebuah kemenangan besar pada awal periode Revolusi Indonesia. Sewaktu pertempuran Ambarwa terjadi, pasukan TRM tergabung dalam kesatuan penyeranagan dimana mereka mengikuti strategi ‘Supit Urang’ yang dikomando oleh Kolonel Sudriman.
Disisi lain TRM memiliki strategi yang benar-benar unik dan berbeda dari pasukan griliya lainya. TRM membentuk pasukan-pasukan kecil untuk melakukan penyeranagan terhadap lawan. Strategi ini biasanya juga digunakan untuk melakuakan sebuah pengintaian dan penyusupan di derah-daerah musuh.
Perjuangan TRM tidak hanya berhenti ketika berhasil meraih kemenangan di Ambarawa. Di bawah pimpinan bung Tardjo, TRM kembali melakukan perlawanan pada pasukan Sekutu di Ungaran hingga Srondol.
Pasukan TRM dalam melawan sekutu benar-benar menunjukan sebuah perjuangan yang pantang menyerah dan berani, bahakan tidak sedikit dari pasukan TRM yang gugur akibat meriam-meriam yang ditembakan oleh Sekutu.
Perjuangan TRM dalam front Ambarwa mendapat perhatian dan pengakuan hebat dari para pemimpin pasukan Divisi IX Yogyakarta. Kegigihan mereka membuahkan hasil bergabungnya TRM kedalam pasukan Tentara Republik Indonesia menjadi Batlyon XXII Istimewa Resimen II Divisi IX.
Baca Juga: Awal Mula Pemberontakan Buruh Tambang Batu Bara Sawahlunto 1927
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR